Jumat 03 Dec 2021 19:24 WIB

WHO Peringatkan Negara Asia-Pasifik Bersiap Hadapi Omicron

Varian Omicron bisa diantisipasi belajar dari penanganan varian Delta.

Warga mengenakan masker di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (3/12). Pada Kamis (2/12), Malaysia mengumumkan kasus pertama varian Omicron. WHO mengingatkan negara-negara Asia Pasifik bersiaga hadapi varian Omicron.
Foto: EPA-EFE/FAZRY ISMAIL
Warga mengenakan masker di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (3/12). Pada Kamis (2/12), Malaysia mengumumkan kasus pertama varian Omicron. WHO mengingatkan negara-negara Asia Pasifik bersiaga hadapi varian Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikarma, Fauziah Mursid, Dian Fath Risalah

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan negara-negara Asia-Pasifik harus bersiap menghadapi potensi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Selain mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi, kapasitas perawatan kesehatan pun harus ditingkatkan.

Baca Juga

"Pengendalian perbatasan dapat mengulur waktu, tapi setiap negara dan setiap komunitas harus bersiap menghadapi lonjakan kasus baru," kata Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat Takeshi Kasai dalam konferensi pers virtual pada Jumat (3/12). Dia menekankan, masyarakat tidak boleh hanya mengandalkan tindakan perbatasan.

"Yang terpenting adalah mempersiapkan varian ini dengan potensi penularan tinggi. Sejauh ini informasi yang tersedia menunjukkan bahwa kita perlu mengubah pendekatan kita," ujarnya.

Terkait Omicron, Takeshi mengatakan negara-negara harus memanfaatkan pelajaran dan pengalaman saat menghadapi varian Delta. Selain penerapan protokol pencegahan penularan, seperti mengenakan masker dan aturan jarak sosial, vaksinasi, terutama di kalangan rentan, harus ditingkatkan.

Sejumlah negara Asia sudah melaporkan kasus Omicron pekan ini, antara lain Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan (Korsel), India, termasuk Australia. Mereka merespons penemuan itu dengan memperketat aturan perjalanan.

Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika bagian selatan, sudah dikategorikan sebagai "variant of concern" oleh WHO. Artinya Omicron lebih berbahaya dibanding Covid-19 versi awal. Saat ini para ahli tengah menghimpun data untuk menentukan seberapa menular dan separah apa gejala yang dapat ditimbulkan varian tersebut.

Menteri Kesehatan Afrika Selatan (Afsel) Joe Phaahla mengungkapkan, negaranya memasuki gelombang keempat Covid-19 karena kemunculan Omicron. Varian tersebut sudah ditemukan di tujuh dari sembilan provinsi negara tersebut.

Menurut Phaahla, pada fase ini, fasilitas kesehatan di Afsel belum berada di bawah ancaman. Dia pun optimistis negaranya dapat mengendalikan penyebaran Omicron tanpa perlu menerapkan penguncian ketat.

Kendati demikian, dia mendorong warga untuk mau divaksinasi lengkap atau dua dosis. Phaala menilai, hal itu merupakan perlindungan terbaik terhadap Omicron. "Kami bisa mengelola gelombang keempat ini, kita bisa mengelola Omicron. Alat dasar yang kita semua tahu. Kita masih bisa memiliki musim perayaan yang cukup sukses," ujar Phaahla.

Sementara itu, Presiden Afsel Cyril Ramaphosa menyesalkan keputusan puluhan negara yang menerapkan larangan perjalanan terhadap negara-negara Afrika bagian selatan menyusul penemuan varian Omicron. Selain tidak adil dan tak ilmiah, dia menilai langkah itu merupakan bentuk “apartheid kesehatan”. “Sebagai Afsel, kami berdiri teguh melawan segala bentuk apartheid kesehatan dalam perang melawan pandemi,” kata Ramaphosa saat berkunjung ke Pantai Gading pada Kamis (2/12).

Dia kembali mengingatkan, para ilmuwan di negaranya adalah yang pertama kali mendeteksi atau mengidentifikasi Omicron. Oleh sebab itu, penerapan larangan perjalanan terhadap Afsel merupakan tamparan bagi keunggulan dan keahlian Afrika. “Larangan (perjalanan) ini akan menyebabkan kerusakan tak terhitung, khususnya pada industri perjalanan dan pariwisata yang menopang bisnis serta mata pencaharian di Afsel dan kawasan Afrika (bagian) selatan,” ujar Ramaphosa.

WHO telah meminta negara-negara dunia mengkaji ulang penerapan larangan perjalanan dari negara-negara Afrika bagian selatan. WHO mengimbau agar keputusan terkait dengan penanganan pandemi didasarkan pada sains dan peraturan kesehatan internasional. “Karena semakin banyak negara memberlakukan larangan penerbangan terhadap negara-negara Afrika selatan karena kekhawatiran atas varian baru (Covid-19) Omicron, WHO mendesak negara-negara untuk mengikuti sains dan peraturan kesehatan internasional guna menghindari penggunaan pembatasan perjalanan,” kata WHO dalam sebuah pernyataan pada 28 November lalu, dikutip dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement