REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat laju vaksinasi Covid-19 justru menurun di tengah-tengah melandaianya kasus. Sebab, masih ada masyarakat hingga pemerintah daerah (pemda) yang pilih-pilih atau menanti vaksin merek dan jenis tertentu.
"Penurunan (laju) vaksinasi Covid-19 terjadi mungkin faktornya karena laju penularan yang semakin baik (yang kini melandai), tetapi kondisi ini membuat masyarakat tidak buru-buru divaksin. Akhirnya mereka menunggu atau memilih vaksin jenis tertentu," ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat berbicara di konferensi virtual FMB9 bertema Vaksinasi Turun Percepatan Vaksinasi Terus Berjalan, Rabu (1/12).
Hingga saat ini, Kemenkes mencatat umlah total masyarakat yang mendapatkan dosis pertama sekitar 138 juta atau 67 persen. Kemudian yang mendapatkan dosis kedua di angka 95,5 juta atau 45,8 persen.
Menurut Nadia, melambatnya vaksinasi karena Kemenkes mendengar mendengar banyak masyarakat menunda vaksinasi karena memilih vaksin merek tertentu. Persoalan semakin ditambah dengan hampir 2 hingga 3 pekan terakhir terjadi penurunan penyuntikan per harinya karena banyak daerah menunggu untuk bisa mendapatkan vaksin Sinovac.
"Kalau kami lihat masih ada kabupaten/kota yang sisa sasaran vaksinasinya masih cukup banyak misalnya Sukabumi, Jawa Barat," kata dia.
Padahal, dia menambahkan, vaksin yang tersedia di semester kedua ini kita lebuh banyak memiliki vaksin bukan lagi Sinovac. Karena Sinovac sudah banyak digunakan di semester pertama, dimana saat itu jenis vaksin yang lain seperti Pfizer, Moderna, Astra Zeneca belum bisa mensuplai secara penuh kebutuhan di Tanah Air.
"Kami berharap bahwa kabupaten/kota bisa melakukan percepatan dengan menggunakan vaksin apapun termasuk vaksin Pfizer, Astra Zeneca, dan juga Vaksin Moderna," katanya.
Ia menegaskan semua vaksin sama baiknya. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat hingga pemerintah daerah jangan pilih-pilih vaksin apalagi ada varian baru seperti Omicron. Varian baru ini tidak meningkatkan keparahan pada orang yang sudah divaksin.
"Jadi, tentunya menjadi penting kami kembali mengimbau jangan memilih vaksin. Karena ini mencegah untuk sakit parah terhadap varian baru ini, walaupun masih banyak yang harus diteliti," ujar Nadia.
Ia menambahkan, meski sedikit menurunkan efikasi vaksin tetapi efek proteksi masih tinggi dan jauh lebih besar. Kedua, untuk melawan varian baru diperlukan kekebalan bersama (herd immunity). Untuk itu semakin cepat divaksin maka semakin cepat mendapatkan kekebalan yang juga bisa digunakan untuk melawan varian baru. Jadi, Kemenkes mendorong menyelesaikan vaksinasinya dengan menggunakan vaksin yang ada saat ini.
"Ini penting karena kalaupun terjadi efek samping itu sebenarnya sesuatu yang biasa sebagai reaksi tubuh kita yang dilatih oleh vaksin untuk stimulus sistem kekebalan tubuh kita," ujarnya.