Rabu 01 Dec 2021 14:14 WIB

Ini Fakta Kemajuan AI dan Robot di Dunia Gantikan Manusia

Menggunakan AI untuk mengotomatisasi tugas dapat mengancam untuk menggantikan pekerja

Rep: Puti Almas/ Red: Agus Yulianto
Presiden Jokowi mengatakan, bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) eselon III dan IV akan diganti dengan AI untuk mempercepat proses birokrasi.
Foto:

Optimalisasi tugas

Seperti yang dibahas sebelumnya, menggunakan AI untuk mengotomatisasi tugas terkadang dapat mengancam untuk menggantikan pekerja, termasuk di industri yang mendorong pembangunan ekonomi. Selain itu, ada masalah privasi terkait penggunaan teknologi ini, karena beberapa perusahaan disebut dapat memanen dan menjual data konsumen untuk mendapatkan keuntungan.

Lebih lanjut, ada semakin banyak pertanyaan tentang seberapa besar data akan mempengaruhi kesenjangan digital. Penting untuk menerapkan perlindunga, seperti standar industri dan kerangka peraturan, untuk memandu pertumbuhan sektor teknologi dengan cara yang membangun kepercayaan publik. 

Menjamin privasi data dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk difusi teknologi yang inklusif akan menjadi penting. Dalam laporan terbaru dari IFC, berjudul : ‘AI in Emerging Markets - Opportunities, Trends, and Emerging Business Models’ disebutkan beberapa contoh bagaimana kecerdasan buatan memiliki dampak transformasional dengan membantu negara membuka kekuatan inovasi.

Membangun infrastruktur yang kompleks dan mahal yang dibutuhkan untuk transportasi, energi, perawatan kesehatan, dan pendidikan adalah proses panjang yang dapat memakan waktu puluhan tahun dan upaya dari seluruh generasi. Beruntung, AI menciptakan solusi digital inovatif yang memungkinkan negara berkembang mengatasi kesenjangan infrastruktur yang ada dengan lebih cepat dan efisien. 

Di beberapa sektor, AI menawarkan cara baru kepada negara-negara untuk meningkatkan produktivitas. Kecerdasan buatan memungkinkan mereka dapat sepenuhnya melompati model pembangunan tradisional, mengabaikan kebutuhan untuk membangun infrastruktur yang mahal atau, setidaknya, membuatnya jauh lebih sedikit padat modal.

Meskipun memiliki berbagai keunggulan, AI dan berbagai produk turunannya seperti robot diyakini tidak akan sepenuhnya dapat menggantikan peran manusia dalam berbagai bidang. Bagaimanapun, ini merupakan karya buatan manusia, yang menjadi alat untuk dapat bekerja jika manusia memberikannya instruksi dengan benar. 

Karena itu, AI pada akhirnya justru ditujukan membuat manusia dan teknologi dapat saling bekerjasama, dengan fungsi manusia sebagai pengedali dan teknologi menyediakan hal yang diprogram. Namun, sejumlah ahli mengatakan bahwa beberapa bidang tidak cocok dalam menerapkan teknologi ini.

Di antaranya seoerti bidang marketing, di mana robot atau mesin berbasis AI tidak dapat mengganti peran manusia dalam membangun hubungan kuat dengan klien. Teknologi ini belum dapat melakukan pekerjaan sebaik manusia, seperti memahami pentingnya nilai komunikasi dan empati. 

Sementara itu, Stuart Russell, pendiri Center for Human-Compatible Artificial Intelligence, di University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa tujuan AI adalah melakukan hampir semua hal yang dilakukan manusia. Ia menuturkan bahwa mesin memiliki bandwidth besar dan keunggulan memori dibandingkan manusia, membuat bahwa pekerjaan yang dilakukannya lebih cepat. 

Dilansir //BBC//, Russell mengatakan bahwa manusia pada akhirnya bisa berada dalam titik bahaya yang ekstrem karena kemajuan AI. Ia menyebut salah satu yang perlu diperhatikan, algoritme yang dimiliki robot dan teknologi ini belum mendekati kemampuan manusia secara umum. 

“Tapi, ketika Anda menjalankan miliaran algoritme tersebut, mereka masih dapat memiliki efek yang sangat besar pada dunia,” ujar Russell. 

Alasan lain untuk khawatir adalah bahwa itu sepenuhnya masuk akal, menurut Russell adalah karena AI akan memiliki tujuan umum baik dalam masa hidup saat ini atau dalam masa hidup anak-anak generasi selanjutnya. Ia berpikir jika AI tujuan umum dibuat dalam konteks persaingan negara adidaya saat ini,maka  siapa pun yang menguasai dunia, mentalitas semacam itu, maka hasilnya bisa menjadi yang terburuk. 

Meski demikian, Russell mengatakan, bahwa reaksi khawatir dari masyarakat dunia atas kemajuan AI bukanlah hal yang tepat. Namun, tidak ada salahnya ada sedikit rasa takut, sama seperti manusia mengkhawatirkan tentang perubahan iklim di dunia. 

“Saya pikir sedikit rasa takut diperlukan, karena itulah yang membuat Anda bertindak sekarang daripada bertindak ketika sudah terlambat, yang sebenarnya adalah apa yang telah kita lakukan dengan iklim,” kata Russell.

 

 

Sumber:

https://blogs.worldbank.org/digital-development/how-ai-can-help-developing-countries-rebuild-after-pandemic

 

https://www.bbc.com/news/technology-59326684

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement