Selasa 30 Nov 2021 23:00 WIB

Ada 52 Ribu Kasus HIV/AIDS di Jateng, Pemeriksaan Digenjot

560 Puskesmas dan 90 Rumah Sakit disiapkan untuk pemeriksaan HIV/AIDS.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ilham Tirta
Petugas mengeluarkan sampel darah di atas perangkat rapid test HIV/AIDS (ilustrasi).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Petugas mengeluarkan sampel darah di atas perangkat rapid test HIV/AIDS (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Di tengah aktivitas penanganan pandemi Covid-19 yang masih berlanjut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tetap berupaya menekan penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS. Selain gencar melakukan edukasi pencegahan, pemprov melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) gencar melakukan pemeriksaan HIV/AIDS kepada masyarakat.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo menyebutkan, sampai saat ini Pemprov telah menyiapkan sedkkitnya 560 puskesmas dan 90 rumah sakit bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan HIV/ AIDS. Data terbaru di Jawa Tengah, angka kasus HIV/AIDS diperkirakan mencapai 52 ribu orang.

Baca Juga

"Sampai saat ini kita sudah melakukan pemeriksaan dan baru mencapai 70 persen," ungkapnya, saat menjadi narasumber dialog publik  'Penanggulangan HIV/AIDS di Jawa Tengah', Selasa (30/11), malam.

Selain Kepala Dinkes Provinsi Jawa Tengah, dialog publik kali ini juga menghadirkan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen dan Yakobus Kristono, ketua LSM Kalandara Semarang.

Upaya pemeriksaan sampai saat ini terus dilalukan oleh dinkes. "Hal ini terus kita lakukan pemeriksaan supaya bisa ditemukan 100 persen," kata Yulianto, dalam siaran

Yulianto menambahkan, selain pemeriksaan, dinkes juga memberikan fasilitas pengobatan kepada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA), sebagai upaya menekan laju reproduksi virusnya. ODHA dianjurkan untuk mengonsumsi obat antiretroviral setiap hari seumur hidupnya.

"AIDS ini jadi program prioritas pemerintah, sehingga obatnya ini juga disediakan oleh pemerintah," kata dia.

Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen menyampaikan perlunya dukungan dari masyarakat supaya ODHA tidak berkecil hati untuk membuka diri. Taj Yasin menilai, perlu ada edukasi yang cukup bagi masyarakat agar tidak memberikan stigma buruk/negatif kepada para penderita infeksi AIDS tersebut.

Edukasi mengenai AIDS wajib diberikan sejak dini kepada masyarakat agar yang masih usia muda dapat memahami siklus penularan AIDS. Menurutnya, salah satu sarana edukasi mengenai AIDS yang paling utama adalah di sekolah dan keluarga.

"Kita dorong bahwa sekolah di Jawa Tengah memberikan edukasi mengenai bahaya AIDS," kata dia.

Taj Yasin juga meminta agar semua pihak berkomitmen penuh dalam menanggulangi AIDS. "Jika semua mau bekerja sama secara baik, maka persoalan AIDS di Jawa Tengah dapat segera dituntaskan," katanya.

Ketua LSM Kalandara Semarang, Yakobus Kristono sepakat denga Taj Yasin. Menurutnya, edukasi dan informasi mengenai bahaya AIDS harus menjadi kebutuhan bagi masyarakat luas

"Bahkan kami pegiat HIV/AIDS bersama teman-teman di kabupaten/kota juga mendorong bagaimana upaya prncegahan dan bahaya AIDS menjadi kebutuhan informasi di masyarakat," kata dia.

Pemprov Jateng juga terus berupaya agar tidak ada kasus baru penularan HIV/AIDS di tahun 2030. "Selain itu, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada stigmatisasi dan diskriminasi bagi ODHA," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement