REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta meminta pemerintah memberlakukan pengetatan di pintu masuk negara menyusul merebaknya varian baru Covid-19, yakni Omicron. Selain itu, Dinkes DKI juga berupaya melakukan deteksi kasus lebih awal serta meningkatkan kesadaran masyarakat jika Covid-19 masih ada.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia, berpendapat, pemerintah pusat dan Pemprov DKI tak boleh lengah serta harus semaksimal mungkin memotong laju kecepatan virus varian baru itu. "Ini termasuk menjaga jangan sampai virus mudah masuk ke negara kita atau di Jakarta sehingga perlu pengetatan pintu masuk negara. Kemudian tetap mempertahankan kemampuan kita untuk mendeteksi kasus dan lakukan peningkatan kesadaran kepada publik bahwa Covid-19 masih ada," ujarnya saat mengisi konferensi virtual bertema Pandemi Terkendali, Waspadai Kasus Global, Selasa (30/11).
Dalam mendeteksi varian baru ini, pemerintah bertugas terutama melakukan upaya tes, telusur, dan tindak lanjut (3T). Dinkes DKI disebut Dwi terus mengedepankan tes, lalu melakukan pelacakan karena setiap kasus yang ada perlu dikenali kontak eratnya.
Setelah itu juga dilakukan testing dua kali untuk memastikan tidak tertular atau meneruskan infeksi kepada masyarakat yang lebih luas, teman dan keluarga. Kemudian treatment, termasuk isolasi pasien positif Covid-19 agar tidak menularkan kepada orang lain. "Itu yang terus kami jaga," ujarnya.
Jakarta diungkapkan Dwi, saat ini memiliki 129 jejaring laboratorium polymerase chain reaction (PCR) yang siap memberikan layanan setiap hari. Sehingga, dia melanjutkan, Dinkes DKI Jakarta bisa melakukan pemeriksaan cukup banyak.
"Setiap pekan kami memeriksa hingga 10 kali dari standar organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) yang diharapkan," ujarnya.
Dwi berkata, saat ini para ahli berkejaran dengan waktu untuk meneliti Umicron. "Jadi, dia (Covid-19) selalu mengubah cirinya, dirinya, agar bisa tetap bertahan. Kemudian ketika ada varian baru Omicron maka bisa dikenali lebih dini supaya bisa dikenali lebih jauh lagi sifatnya. Apakah membahayakan memudahkan penularan atau bisa menyebabkan perubahan gejala atau memberat," ujarnya menjelaskan.
Mutasi virus semacam ini, kata Dwi, akan terus terjadi sepanjang ada Covid-19. Karena itu, ia meminta kemunculan varian-varian baru ini yang kemudian perlu dimitigasi. Ini termasuk kecepatan mendeteksi.