Selasa 30 Nov 2021 15:54 WIB

Omicron Muncul karena Rendahnya Capaian Vaksinasi

Produsen vaksin mulai memodifikasi vaksin Covid-19 hadapi varian Omicron.

Warga Zimbabwe berjalan di bawah papan yang mengajak masyarakat mau divaksinasi Covid-19 di Harare, Zimbabwe, Ahad (28/11). Zimbabwe merupakan salah satu negara di Afrika bagian selatan yang terkena larangan masuk ke negara lain akibat B.1.1.529 atau varian Covid-19 Omicron.
Foto:

Penyebaran Omicron memicu perhatian serius tak hanya dari pemimpin dunia. Efektivitas vaksin terhadap varian baru ini juga dipertanyakan.

CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan, vaksin Covid-19 yang beredar saat ini kurang efektif dalam menangkal varian baru Omricon. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa resistensi vaksin dapat menyebabkan lebih banyak penyakit dan rawat inap, sehingga memperpanjang pandemi.

"Saya pikir, tidak ada di dunia ini, di mana (efektivitas vaksin) berada pada level yang sama dengan Delta. Saya pikir itu akan menjadi penurunan materi. Saya tidak tahu berapa banyak, karena kita perlu menunggu datanya. Tetapi semua ilmuwan yang saya ajak bicara mengatakan, 'ini tidak akan baik-baik saja'," kata Bancel.  

Akhir pekan lalu, Moderna Chief Medical Officer Paul Burton mencurigai pula varian Omicron yang kini tengah menyebar mungkin dapat menghindari keampuhan vaksin. Jika vaksin yang ada saat ini memang tak jitu menghadapi Omicron, maka diperlukan vaksin baru. “Jika kita harus membuat vaksin baru, saya pikir itu akan pada awal 2022, sebelum benar-benar tersedia dalam jumlah besar,” ucap Burton.

Dia cukup yakin Moderna dapat memformulasikan dan menyediakan vaksin tersebut. “Hal yang luar biasa tentang vaksin mRNA, platform Moderna, adalah kami dapat bergerak sangat cepat,” ujarnya.

 

Sementara perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS), Pfizer, sudah mulai mengembangkan vaksin untuk Covid-19 varian Omicron. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi jika vaksin yang tersedia saat ini tak ampuh melawan varian baru tersebut.

CEO Pfizer Albert Bourla mengungkapkan perusahaannya mulai menguji keampuhan vaksin saat ini terhadap Omicron pada Jumat (26/11) lalu. “Saya tak berpikir hasilnya adalah vaksin (saat ini) tak melindungi,” katanya saat diwawancara CNBC.

Namun dia menyebut pengujian dapat menunjukkan bahwa vaksin yang ada saat ini hanya memiliki sedikit perlindungan terhadap Omicron. Artinya, vaksin baru perlu dibuat dan dikembangkan. “Jumat kami membuat template DNA pertama kami, yang merupakan kemungkinan pertama dari proses pengembangan vaksin baru,” ujar Bourla.

Bourla mengungkapkan situasi yang sekarang sedang berlangsung mirip seperti awal tahun ini. Kala itu Pfizer dan mitranya, BioNTech, berusaha mengembangkan vaksin baru di tengah penyebaran cepat varian Delta. Kala itu, turut ada kekhawatiran vaksin yang sudah tersedia memiliki efikasi rendah terhadap varian tersebut.

Namun vaksin baru yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech selama 95 hari pada akhirnya tak digunakan. Sebab vaksin dengan formula sebelumnya ternyata efektif melawan Delta. Bourla mengatakan Pfizer berharap dapat memproduksi 4 miliar dosis vaksin pada 2022.

Sebelumnya BioNTech juga telah mengumumkan saat ini pihaknya tengah mengembangkan vaksin untuk melawan varian Omicron. Namun belum diungkap tentang apakah mereka akan memformulasikan ulang vaksinnya yang telah dikembangkan bersama Pfizer. “Pengembangan vaksin yang diadaptasi adalah bagian dari prosedur standar perusahaan untuk varian baru (Covid-19),” kata BioNTech dalam sebuah pernyataan pada Senin.

Munculnya varian Omicron telah memicu alarm global. Ketakutan varian baru telah mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk bergerak cepat memperketat kontrol perbatasan. Mereka mencegah terulangnya penguncian ketat tahun lalu dan penurunan ekonomi yang tajam.

Otoritas Hong Kong telah memperluas larangan masuk bagi non-warga negara dari beberapa negara seperti Angola, Ethiopia, Nigeria dan Zambia mulai 30 November. Selain itu, non-penduduk yang telah bepergian ke Austria, Australia, Belgia, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Israel dan Italia dalam 21 hari terakhir tidak akan diizinkan memasuki kota mulai 2 Desember.

Di Australia, lima pelancong dinyatakan positif Omicron. Mereka saat ini sedang menjalani karantina. Para pejabat menambahkan bahwa, mereka tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala yang sangat ringan.

Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan, dua pelancong dari Johannesburg yang positif Omicron di Sydney telah transit melalui bandara Changi. Australia menunda pembukaan kembali perbatasan negara untuk pelajar internasional dan migran terampil.

"Kami melakukan ini karena sangat berhati-hati, tetapi pandangan kami bahwa, (Omicron) adalah varian yang dapat dikelola," kata Menteri Kesehatan Federal Australia Greg Hunt, dikutip dari Reuters.

photo
Dunia Khawatirkan Varian Omicron - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement