Selasa 30 Nov 2021 08:11 WIB

Aksi Content Creator Peduli Sampah

Sampah organik masih mendominasi komposisi sampah terbesar di Indonesia.

Aksi anak muda peduli lingkungan lewat ajang lomba (ilustrasi)
Foto: dok Ecoxyztem.
Aksi anak muda peduli lingkungan lewat ajang lomba (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Masalah sampah pangan adalah masalah fenomena gunung es. Banyak inisiatif dan perhatian yang diberikan kepada sampah anorganik seperti tas kresek, botol plastik, dan kemasan makanan, namun masih cukup timpang dengan perhatian yang diberikan kepada sampah sisa makanan. 

Faktanya, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah terbesar yang dihasilkan di Indonesia adalah sampah organik (60 persen) dengan mayoritas berasal dari sampah rumah tangga (37,39 persen). 

Melihat data tersebut, saatnya seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk memulai inisiatif penanganan sampah pangan yang dapat dimulai dari lingkungan terdekat yaitu dari rumah. “Menurut riset mengenai sampah makanan yang dilakukan oleh Bappenas, UNDP dan Waste4Change dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2019, Indonesia berpotensi mengalami kerugian sekitar Rp 213-500 triliun per tahun akibat permasalahan sampah makanan,'' ujar Bijaksana Junerosano, Founder dari Greeneration Group, dalam keterangan pers yang diterima Republika, Senin (29/11).

Untuk meningkatkan antusiasme dan kepedulian lingkungan, Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia dan Ecoxyztem mengadakan ajang “Photo Story and Video Competition: Rethinking Food Waste, Exploring Opportunities”. 

Proses pendaftaran dan seleksi yang dilakukan hanya dalam waktu satu bulan telah berhasil mengumpulkan lebih dari 60 peserta baik dari universitas maupun sekolah menengah atas seluruh Indonesia. Beberapa peserta yang hadir secara daring mengungkapkan antusiasmenya dalam mencari ide pemecahan masalah sampah makanan melalui media video, dan fotografi. Beberapa di antaranya menyebutkan berasal dari daerah Aceh, Palembang, Jombang, Bogor, dan Purwokerto. 

Selain peserta acara, upacara penghargaan juga dihadiri oleh beberapa perwakilan dari Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia. “Kedutaan Besar Belanda sangat senang dapat berkolaborasi dengan Ecoxyztem dan berperang melawan masalah sampah pangan, baik yang ada di limbah hulu maupun yang sudah melewati rantai pasok pangan. Ada banyak sekali cerita yang coba teman-teman sampaikan melalui foto dan video yang telah dikumpulkan, hal tersebut sangat menginspirasi kami untuk menentukan langkah inisiatif selanjutnya dan sekaligus akan terus menggaungkan kampanye dalam mengatasi masalah sampah pangan hingga ke sekolah-sekolah,” ujar Ana Saleh, Senior Policy Advisor for Agriculture, Fishery, Food, and Forestry Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia.

Berikut daftar pemenang Photo Story and Creative Video Competition:

Juara Favorit

● Asy-Syifa Syaharani dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh untuk kategori foto.

● Amanda Puti Jasmine dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk kategori video.

Juara Utama Kategori Photo Story

● Juara 1 : Miftahudin Mulfi dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung

● Juara 2 : Jemima Mantiri dari Erasmus University Rotterdam

● Juara 3 : Fransiska Kharin Omega dari Universitas Katolik Musi Charitas Palembang

 

Juara Utama Kategori Creative Video

● Juara 1 : Amanda Puti Jasmine dari Institut Pertanian Bogor

● Juara 2: Indira Aqsha Maria dari President University

● Juara 3 : Helmi Musyaffa' Akmal dari Universitas Jenderal Soedirman

Seluruh pemenang mendapatkan beasiswa dengan total nilai sebesar Rp 15 juta. Bagi juara pertama dari tiap kategori akan mendapatkan program pendampingan X-SEED dari Ecoxyztem. “Kami sangat bangga dan senang dengan antusiasme yang ditunjukkan oleh anak muda dari seluruh Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan melalui pembuatan konten media sosial,'' ujar Andreas Pandu Wirawan, CCO dari Ecoxyztem.

Program tersebut ditutup dengan upacara penyerahan penghargaan kepada para pemenang lomba secara daring.

sumber : siaran pers
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement