REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rombongan anggota Komisi VI DPR meninjau tempat isolasi terpusat (Isoter) Rumah Oksigen, yang didirikan di kawasan industri PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Wakil Ketua Komisi VI DPR, Martin Manurung berpendapat, seharusnya BUMN lainnya juga mendirikan rumah oksigen serupa dalam upaya mengantisipasi kembalinya terjadi lonjakan pasien Covid-19, apalagi setelah munculnya varian baru Omicron.
“Ini yang sebenarnya sering kita suarakan di Komisi VI DPR. BUMN memiliki banyak aset lahan yang masih bisa diberdayakan sebagai tempat isolasi atau rumah oksigen,” ujarnya di Surabaya, Senin (29/11).
Martin mengingatkan, kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini mulai melandai tidak membuat semua pihak terlena. Tidak terkecuali titik-titik yang biasa digunakan sebagai tempat penanganan pasien Covid-19. Situasi yang ada, kata dia, justru menjadi waktu yang tepat untuk membangun fasilitas pelengkap.
“Di Indonesia dan di dunia pernah mengalami pandemi flu spanyol pada tahun 1918. Indonesia mengalami empat gelombang. Di negara-negara lain juga sama. Mengalami tiga hingga empat gelombang. Itu artinya, jika pandemi Covid-19 sekarang sudah dua gelombang, jangan pernah menganggap pandemi selesai,” kata dia.
Martin menyatakan, upaya preventif lebih baik dibanding harus melakukan pengetatan secara keras, atau bahkan lockdown. Karena pengetatan keras secara terus-menerus tidak akan baik, dimana pasti akan banyak sektor terdampak, utamanya sektor ekonomi.
“Kita tidak seperti negara maju yang tingkat tabungan penduduknya tinggi. Indonesia tabungannya tidak sampai 10 persen. Kalau dilakukan pengetatan secara keras terus menerus untuk menghadang Covid-19, ekonomi Indonesia pasti akan hancur,” kata dia.
Menurutnya, fasilitas Rumah Oksigen yang ada di SIER adalah upaya preventif yang perlu ditiru BUMN lain. Apalagi, setelah munculnya Covid-19 varian Omicron dari Afrika yang disebut lebih ganas penyebarannya dibanding varian sebelumnya.
“Cepat atau lambat, varian baru itu pasti akan masuk Indonesia, tinggal menunggu waktu saja. Kalau sudah masuk, jangan sampai kita melakukan pengetatan keras lagi. Lebih baik bagaimana sekarang melakukan langkah-langkah preventifnya,” ujarnya.
Direktur Operasi PT SIER, Didik Prasetiyono mengatakan, semula gudang yang digunakan untuk rumah oksigen ini adalah bangunan pabrik yang kosong. Karena saat itu jumlah pasien Covid-19 sangat tinggi, SIER ingin peran serta membantu pemerintah melakukan penanganan Covid-19.
“Ini bentuk keprihatinan kita saat hebohnya serangan Covid varian Delta, banyak yang mencari oksigen karena sesak nafas. Kami diskusi akhirnya sepakat untuk mendirikan rumah oksigen,” kata dia.
Setelah kerja keras berbagai pihak, lanjut Didik, akhirnya fasilitas semua lengkap dalam waktu kurang lebih satu bulan. Ia menegaskan, terbangunnya rumah oksigen ini adalah gotong royong dari semua pihak.
“Ini adalah bentuk gotong royong sesungguhnya. Kita berharap ini rumah oksigen jadi bantuan bila nanti ada situasi kritis lagi,” kata dia.