Kamis 25 Nov 2021 08:24 WIB

Pakar Ingatkan Milenial untuk Waspadai Pengembang Nakal

Dhiraj kerap membagikan tips melalui akun instagram-nya.

Ilustrasi milenial menabung untuk beli properti.
Foto: www.freepik.com.
Ilustrasi milenial menabung untuk beli properti.

REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA -- Harga properti termasuk rumah, hari-hari ini semaking tinggi. Besarnya harga rumah ini seolah sulit dijangkau oleh kalangan milenial. Belum lagi harus menghadapi kekhawatiran jika bertemu pengembang nakal.

Menurut praktisi di bidang properti Dhiraj Kelly Sawlani hasil riset Tren Pasar Properti semester 1 tahun 2021 oleh perusahan teknologi yang bergerak di bidang properti (PropTech) Lamudi(dot)co(dot)id, selama lima tahun terakhir, demografis pencari properti berada di usia 25-45 tahun semakin meningkat. Rentang umur ini dipimpin oleh kelompok yang ada di usia 25-34 tahun. Hasil ini jelas mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2016 sebesar 781 persen.

Baca Juga

"Peningkatan demografis yang didominasi milenial ini pun menjadi incaran para developer nakal. Apalagi anak-anak muda seperti para milenial masih minim pengetahuan mengenai jual-beli properti," kata dia, Kamis (25

photo
Dhiraj Kelly Sawlani. - (Dok. Pri)

/11).

 

Tak berhenti di situ, ada beberapa faktor yang membuat para milenial ini mudah terperdata oleh pengembang nakal. "Milenial mudah tertipu oleh developer nakal karena tergiur iming-iming harga murah, DP minim dan iklan yang dibuat sedemikian rupa untuk menarik minat pembeli baik secara online maupun offline," kata sosok pemimpin perusahaan pengembangan proyek properti di Indonesia, PT Sarana Abadi Raya (SAR) dan komisaris di PT Era Integrity ini. 

Sebagai pebisnis yang bergulat di dunia properti, ia sering menerima keluhan dari para kliennya. Mereka mengeluhkan pengembang nakal yang menipu mereka menyodorkan rumah yang tak layak kualitasnya. Bahkan ada pula pengembang yang kabur setelah menerima uang muka. 

Menurut Dhiraj Kelly, para pengembang nakal ini sebetulnya tidak sulit untuk dicari tahu. Biasanya pengembang nakal tidak memiliki rekam jejak yang baik. 

"Developer nakal biasanya bisa dilihat dari track record-nya. Biasanya project yang dibangun merupakan project pertama atau pilot project. Setelah bermasalah, developer tersebut akan membentuk PT baru dan project yang lama dibiarkan mangkrak," jelas pria asal Salatiga, Jawa Tengah itu.

Ia mengatakan, langkah pertama korban harus mencari kuasa hukum dan meminta perlindungan konsumen. Cara lain, dapat mengumpulkan para korban dan mengajak mereka untuk bersama-sama membuat laporan karena akan semakin kuat untuk diperhatikan pihak berwajib.

"Saran saya, pilihlah developer yang memiliki track record jelas. Sudah menyelesaikan lebih dari satu project, dan project sebelumnya tidak bermasalah baik dari segi kualitas maupun ketepatan waktu serah terima," kata dia.

Dhiraj Kelly menambahkan, untuk lolos dari pengembang nakal, para milenial disarankan untuk membeli hunian yang sudah siap. Sebisa mungkin hindari pembelian rumah secara indent jika pengembang belum memiliki reputasi yang jelas.

Menurut dia, maraknya penipuan jual-beli rumah di kalangan milenial ini turut menyulitkan pengembang 'sehat' yang menawarkan rumah indent. Tapi tidak bagi pebisnis properti yang menyediakan property ready stock seperti milik Dhiraj Kelly.

"Saya tidak pernah menjual rumah secara indent. Sehingga, walaupun perusahaan saya masih tergolong baru, tetap memperoleh kepercayaan karena rumah yang saya tawarkan adalah rumah ready stock," kata dia 

Untuk membantu para milenial maupun masyarakat yang ingin mengetahui berbagai persoalan mengenai dunia properti, Dhiraj Kelly Sawlani kerap membagikan informasi melalui Instagram-nya @dhirajkelly. Sehingga masyarakat maupun milenial mendapatkan pandangan baru tentang kapan sebaiknya harus membeli rumah hingga pertimbangan apa saja yang perlu dipikirkan sebelum beli rumah, dan masih banyak lagi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement