Kamis 25 Nov 2021 03:45 WIB

Dubes Belanda Bagi Pembelajaran Pengelolaan Air

Dubes Belanda menilai perlu dicari tahu permasalahan utama sumber terjadinya banjir.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Fuji Pratiwi
Ilustrasi banjir. Dubes Belanda berbagi pembelajaran pengelolaan air.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Ilustrasi banjir. Dubes Belanda berbagi pembelajaran pengelolaan air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Belanda memiliki sejarah panjang bencana banjir. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor topografi Negeri Kincir Angin yang berada di bawah permukaan laut. 

Pembelajaran ini disampaikan Duta Besar (Dubes) Belanda Lambert Grijns dalam acara Ambassador Talk 2021 yang digelar di Jakarta. Pada diskusi kali ini, Lambert menyampaikan sejumlah pandangan yang mampu memberikan perubahan pada pengelolaan air dan penanggulangan banjir di negaranya.

Baca Juga

Pandangannya tersebut antara lain mengenai paradigma pencegahan, pendekatan inovatif berbasis teknologi yang paling unggul, pendekatan intergratif yang holistik dan kolaborasi antar berbagai kepentingan. Di samping itu, Lambert menambahkan bahwa perlu juga untuk mengetahui permasalahan utama sumber terjadinya banjir yang kemudian perlu dimodelkan dan mengkomunikasikan potensi bahaya kepada pihak terkait.

Terkait dengan paradigma pencegahan, Lambert menekankan hal tersebut tidak terlepas dari bencana besar yang pernah melanda Belanda pada 1953. Lambert menyebut bencana kala itu sebagai bencana yang mematikan. 

"Bencana ini sebagai wake-up call bagi kami sehingga potensi bahaya ke depan dapat dicegah," ujar pria yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang perencanaan urban dan pengelolaan air seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (24/11).

Ia menambahkan, upaya pencegahan kemudian diwujudkan dengan proyek raksasa sebagai langkah perlindungan banjir terbesar di dunia. Proyek tersebut didukung dengan pemanfaatan teknologi inovatif, yaitu Delta Works, yang dibangun sejak 1954. Delta works ini merupakan serangkaian proyek mega konstruksi yang dibangun untuk melindungi kawasan di sisi barat daya negeri itu dari bahaya banjir atau pun air pasang laut. 

Lambert juga menyampaikan pentingnya kerja sama semua pihak dalam pengelolaan air maupun penanggulangan banjir, seperti dari pemerintah pusat, daerah dan swasta hingga masyarakat. Ia menyontohkan tantangan yang dihadapi pemerintah daerah dan masyarakat Jakarta dalam bahaya banjir.

Pada akhir diskusi, Lambert menyampaikan optimisme bahwa Indonesia mampu mengatasi permasalahan air dan bencana banjir. Menurutnya pengalaman-pengalaman bencana yang beragam di Kalimantan, Sumatra, NTT, dan Pesisir Jawa menjadi kekuatan menghadapi bencana air dan banjir ke depan. Belanda juga membuka diri dengan berbagai negara sahabat untuk berbagi pengalaman, sebagaimana saat ini Belanda membantu membangun proteksi tepi pantai berwawasan lokal di pesisir Jawa Tengah," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement