Selasa 23 Nov 2021 09:37 WIB

Legislator Sebut Ada Vaksin Dalam Negeri Kantongi EUA BPOM

Hal tersebut merupakan peluang besar untuk memenuhi kebutuhan vaksin secara nasional.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Mas Alamil Huda
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay, mendesak pemerintah segera menggunakan vaksin produksi dalam negeri. Dia mengeklaim telah mendengar ada vaksin produksi dalam negeri yang telah mendapatkan izin edar atau emergency use authorization (EUA) dari BPOM. Menurut Saleh hal tersebut merupakan peluang besar untuk memenuhi kebutuhan vaksin secara nasional.

"Kalau sudah mendapatkan EUA, berarti vaksin tersebut telah melewati seluruh tahapan riset yang ketat. Termasuk sejumlah uji klinis yang dipersyaratkan. Sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan," kata Saleh dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/11).

Baca Juga

Menurut Saleh, penggunaan produksi lokal diyakini mendatangkan manfaat lebih besar. Apalagi, pandemi akibat virus Covid-19 ini belum diketahui kapan akan berakhir. Dia memaparkan sejumlah alasan mengapa penggunaan vaksin produk lokal ini mendesak.

Pertama, Indonesia harus benar-benar berdaulat dalam hal pemenuhan kebutuhan vaksin Covid-19. Sejauh ini, Indonesia telah banyak menghabiskan anggaran untuk membeli vaksin dari negara lain.  

"Kalau kita memakai produk lokal, maka anggaran yang cukup besar itu tidak lari ke luar negeri. Selain pajak, anggaran tersebut diyakini juga bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan roda perekonomian kita," ujarnya.

Alasan yang kedua, Saleh mengatakan, kebutuhan vaksin dalam negeri akan sangat besar mengingat adanya rencana pemerintah memberikan booster dosis ketiga pada awal tahun 2022. Mengutip penjelasan Kemenkes, kalau semua target sasaran dijangkau, masih dibutuhkan ratusan juta dosis vaksin.

"Kebutuhan vaksin ini akan terus berlanjut. Kemarin dijelaskan bahwa efektivitas vaksin hanya enam bulan. Setelah itu, dibutuhkan suntikan dosis baru lagi. Kalau ini terus berlanjut, tentu akan sangat berat jika kita terus berharap dari negara lain," jelasnya.

Kemudian yang ketiga, Saleh menilai masyarakat lebih antusias memakai vaksin produk dalam negeri. Selain kecintaan pada produk dalam negeri, mereka dinilai lebih percaya pada khasiatnya. Menurutnya hal itu wajar mengingat selama ini Indonesia dikenal sebagai negara produsen vaksin terbesar di dunia. 

"Sekarang saatnya kita memproduksi vaksin Covid-19 sendiri. Di awal-awal ini, digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Kalau nanti kita sanggup memproduksi lebih besar, tidak tertutup kemungkinan untuk dieskpor juga," ungkapnya.

Terakhir, kata dia, Presiden Jokowi selama ini selalu mendukung pemakaian produk dalam negeri, termasuk vaksin. Tidak hanya sekedar imbauan, pemerintah juga menyediakan anggaran yang tidak sedikit untuk riset dan pengembangan produk lokal. 

"Presiden sangat berpihak pada penggunaan komoditas dalam negeri. Karena itu, semua jajaran pemerintahan harus mendukung keberpihakan tersebut. Kalau selama ini kita masih memakai vaksin luar, itu karena kedaruratan saja. Kalau sudah bisa produksi sendiri, tentu lebih baik memakai produk sendiri," tutur ketua Fraksi PAN DPR RI tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement