REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Zaidi Basiturrozak*
Persyarikatan Muhammadiyah, pada 18 November 2021 memasuki usia yang ke 109 Masehi. Pada milad kali ini, muhammadiyah memilih tema ‘Optimis Hadapi Covid – 19: Menebar Nilai Utama”. Puncak resepsi milad yang dijadwalkan (18/11) di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dihadiri oleh presiden Joko Widodo secara online.
Persyarikatan yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan itu, telah memasuki abad kedua pergerakannya. Satu abad, suatu masa yang tidak mudah dilewati oleh sebuah organisasi semasanya. Tentu, eksistensi Muhammadiyah sekarang ini, tidak dapat dilepaskan dari pondasi dasar pergerakan Muhammadiyah di awal pendiriannya.
Budi Utomo dan Syarikat Islam, organisasi semasa Muhammadiyah, namun spirit perjuangannya menjadi cerita sejarah. Mengapa Muhammadiyah sampai sekarang ini masih tetap bertahan dan berkembang? Membutuhkan jawaban yang panjang, namun belajar dari sejarah berdirinya muhammadiyah hingga eksistensinya di abad kedua merupakan sarana untuk umat Islam bercermin, khususnya pada generasi muda tentang arti penting perjuangan dakwah dan transformasi sosialnya yang memberikan kontribusi terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Diketahui bahwa KH Ahmad Dahlan sebelumnya juga terlibat aktif dalam pergerakan Budi Utomo, sebelum mendirikan dan fokus membesarkan Muhammadiyah. Budi Utomo merupakan organisasi modern pada saat itu. Walaupun demikian, interaksinya dengan Muhammadiyah sangat intens. Hal itu dibuktikan, misalnya dengan pengurus Budi Utomo dipercaya menjadi sekretaris perjalanan Haji Muhammadiyah.
Pondasi Persyaikatan
Membaca Muhammadiyah abad kedua, tidak hanya bernuansa historis, di dalamnya melalui karakteristik gerakan awal yang jika dipahami ada ikhtiar dan harapan untuk mampu memompa semangat pergerakan Muhammadiyah di abad keduanya. Pondasi persyariakatan ini dapat berupa seperangkat nilai atau budaya yang terbentuk oleh para pendiri dan penerusnya.
Berangkat dari hal di atas, dapat diuraikan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi sosial kemasyarakatan. Sebagai organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah bergerak dalam rangka mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan. Misalnya pengajaran surat al-Ma’un berbulan-bulan, hingga mengundang tanya salah seorang muridnya, dan KHA Dahlan bertanya apakah kalian sudah menjalankan perintah surat tersebut dengan menyantuni orang-orang miskin? Selain itu, memberikan pemahaman melalui pendidikan keagamaan. KHA Dahlan bahkan tercatat mendidik secara langusng, baik untuk anak-anak, kaum perempuan ataupun lelaki dewasa.
Muhammadiyah sebagai gerakan amal adalah profil sosial suatu organisasi yang mengedepankan amal tidak dapat dipungkiri. Gerakan berbasis amal yang dikelolah secara profesional dan jujur, melahirkan amal yang tidak terputus. Menggembirakan amal saleh melalui kelembagaaan seperti institusi pendidikan, kesehatan dan sosial, adalah wujud dari gerakan amal muhammadiyah.
Bersamaan dengan itu, corak gerakan yang konstruktif dan kooperatif menandai kiprahnya yang kritis terhadap pemerintah Belanda saat itu, namun di sisi lain tetap membangun gagasan sosial yang konstruktif dan bersikap kooperatif. Pada saat mendirikan rumah sakit misalnya, dokter-dokter yang diperbantukan merupakan orang kristen keturunan Belanda.
Kemandirian gerakan Muhammadiyah mampu bertahan hingga saat ini karena sikap yang diwujudkan dengan karakteristik filantropi sosial yang dipupuk sedari awal dengan keberanian untuk berpikir mandiri dalam beramal tanpa melupakan realitas sosialnya. KH A Dahlan bahkan menjual perlengkapan rumahnya hanya untuk membiayai pendidikan dan perjuangan Muhammadiyah yang dirintisnya itu. Dengan kemandiriannya, keluwesan aktivitasnya dapat menjangkau lebih luas secara leluasa tanpa terikat dengan siapapun, termasuk pemerintahan Belanda saat itu.
Yang patut juga dibaca adalah integritas sebagai nilai utama. Pegiat Muhammadiyah terkenal dengan integritasnya. Tidak ayal, jika orang muhammadiyah selalu tampil dan dipercaya dalam peran sertanya membangun spirit kebangsaan. Sebut saja misalnya Ki Bagus Hadikusumo, dipercaya menjadi perwakilan Indonesia bersama Moh Hatta dan Soekarno ke Jepang membincang persiapan kemerdekaan. Atau saat misalnya HM Rasyidi, menteri Agama pertama yang rela posisinya diganti menjadi sekertaris jenderal Kementerian Agama.
Dari sini dapat dipahami. Jika orang-orang Muhammadiyah dipercaya memimpin lembaga atau kementerian dikarenakan kapasitas dan kapabilitas. Kepribadian anggota Muhammadiyah tidak diragukan lagi. Kehadirannya memimpin negara dapat dipastikan memberikan kemaslahatan bagi warga negara secara umum.
Nilai Utama
Kritik Buya Syafii dalam harian Kompas (10/11/2021) di bawah judul ‘Mentereng di Luar, Remuk di Dalam’ merupakan kritik tajam yang dialamatkan bagi pengurus bangsa dan negara ini. Kondisi negeri digambarkan oleh buya sebagai “negeri yang menjadi dapur Republik, masalah sosial, ekonomi, budaya dan politik jauh dari keadaan nyaman, jika bukan berantakan”. Di akhir tulisan buya menuliskan “beban presiden akan semakin ringan sekiranya para menteri dan pejabat di bawahnya mau bekerja dengan baik, jujur dan penuh rasa tanggung jawab”. Inilah pesan nilai utama yang harus dibumikan.
Pondasi Muhammadiyah dapat kita maknai sebagai nilai utama pergerakan Muhammadiyah. Eksistensi muhammadiyah hingga saat ini karena nilai-nilai utama yang terus menjadi pegangan warga persyariakan Muhammadiyah. Tidak heran jika Muhammadiyah dipercaya untuk menduduki posisi strategis di negara ini. Orang-orang Muhammadiyah diberi kepercayaan akibat dari kemampuannya, bukan lobi-lobi politik (low politics).
Di tengah kompleksitas kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, berprilaku utama adalah jalan pilihan terbaik. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof Haedar Nashir, ketua umum PP Muhammadiyah, bahwa moderasi itu tidak sekedar verbalitas, para elit bangsa dan warga bangsa harus mempraktikkan secara jujur, cerdas, berilmu dan hikmah-bijaksana menuju kehidupan yang baik. (15/11/2021).
Begitu juga dengan Muhammadiyah masa mendatang, ditentukan oleh generasi mudanya saat ini. Generasi muda harus senantiasa memperluas ilmu pengetahuan, memperdalam akhlak spiritual, mempertajam gerakan amal saleh serta berkarya untuk bangsa dan negara. Inilah tantangan masa depan generasi muda Muhammadiyah, meningkatkan kualitas diri dengan akhlak yang mulia. Dengan begitu mampu memikul dan mengharumkan Muhammadiyah di tinggal nasional ataupun internasional.
Gagasan moderasi beragama dan moderasi Indonesia harus tercermin dalam laku dan perbuatan pimpinan, para elit dan warga Muhamamdiyah, terutama generasi mudanya. Dengan demikian, Muhammadiyah akan dipercaya masyarakat. Pada akhirnya, sebagaimana yang dicontohkan KH A Dahlan, muhammadiyah selaku gerakan amal, selalu memberi kebermanfaatan kepada bangsa dan negara.
*Bendahara Umum PP Pemuda Muhammadiyah