REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eropa dilaporkan kembali menjadi pusat pandemi Covid-19, sejumlah negara mulai mempertimbangkan kembali pembatasan dan karantina wilayah atau lockdown. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) bahkan telah merilis evaluasi terbarunya tentang situasi Covid Uni Eropa (UE) dan menyatakan 'keprihatinan yang sangat tinggi' di 10 negara yakni Belgia, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Estonia, Yunani, Hongaria, Belanda, Polandia, dan Slovenia.
Kemudian ada 13 negara Uni Eropa diklasifikasikan sebagai sangat memprihatinkan'. Hanya empat negara yakni Italia, Malta, Spanyol, dan Swedia yang diberi peringkat sebagai negara dengan 'kekhawatiran rendah'.
Eks Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara sekaligus ahli di bidang paru atau pulmonologis, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, ada beberapa hal yang memengaruhi peningkatan kasus tersebut. Pertama, peningkatan tersebut menunjukan perangai pandemi COVID-19 yang memang masih belum dapat diprediksi secara pasti dan masih mungkin berubah-ubah. Kedua, sambung Tjandra, peningkatan kasus juga menunjukkan bahwa cakupan vaksinasi yang cukup tinggi tidak sepenuhnya menjamin menghentikan penularan
"Vaksin jelas amat bermanfaat untuk membuat penyakit menjadi berat, mencegah masuk RS dan menurunkan risiko kematian," ujarnya kepada republika.co.id, Ahad (14/11).
Tegasnya, lanjut Tjandra, walau sudah divaksin maka masih tetap perlu menerapkan protokol kesehatan.
Adapun, yang perlu dilakukan Indonesia dalam mengantisipasi peningkatan kasus adalah dengan melakukan pembatasan sosial sesuai derajatnya. Baik masyarakat maupun pemerintah terus menerapkan 5M dan melakukan PPKM sesuai levelisasinya.
"Jumlah test dan trace harus tetap tinggi dan merata di semua Kabupaten dan Kota," tegasnya.
Kemudian, vaksinasi harus terus ditingkatkan, terutama bagi lansia yang masih rendah jumlah cakupan vaksinasinya Hal terpenting lainnya adalah memperkuat pintu masuk negara untuk antisipasi kemgkinan varian baru.
"Kita juga harus sudah ada rencana yang rinci bagaimana menghadapi kalau kasus naik lagi, walaupun kita tidak harapkan terjadi," tegasnya.