Rabu 10 Nov 2021 19:01 WIB

Semangat Kepahlawanan untuk Menuju Indonesia Emas

Tekad Indonesia merdeka sudah bulat hingga mampu mengesampingkan segala perbedaan.

Pemuda dari berbagai organisai pemuda dan mahasiswa membentangkan spanduk di lokasi bekas Kantor Radio Pejuang Surabaya, Bung Tomo yang telah dibongkar di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (13/5).
Foto:

Oleh : Heka Hertanto, Ketua Umum Yayasan Artha Graha Peduli

Bentuk Baru Perjuangan Bangsa

Setelah 76 tahun merdeka, musuh yang dihadapi bangsa Indonesia telah berubah wujud. Aspek ancaman tidak lagi dari fisik, sehingga sebutan pahlawan tidak lagi diberikan kepada sosok yang menarik pelatuk bedil atau berdiri di garis depan memberi aba-aba serbu dan sebagainya. Itu karena roda zaman telah berotasi cepat mengarah pada perubahan bentuk ancaman lain yang bersifat non fisik.

Di masa kini musuh yang dihadapi bukanlah ancaman penjajahan oleh negara lain melainkan telah berubah menjadi gangguan lain seperti pandemi Covid-19 yang saat ini sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Di masa pandemi Covid-19, musuh dan pahlawan tetap hadir sesuai dengan irama waktu.

Musuh tidak perlu lagi dihadapi dengan moncong bedil yang mengeluarkan timah panas. Musuh yang dihadapi anak bangsa pada saat ini adalah bagaimana memberangus virus Corona, menumpas hoaks Covid-19, dan sebagainya. Kita paham, serangan Covid-19 sejak Maret 2020 telah meluluhlantakan sendi-sendi sosial, ekonomi, peradaban manusia dan lain-lain.

Dalam menghadapi pandemi perlu peran seluruh lapisan warga terutama generasi milenial menuntaskan strategi dalam menghadapi pandemi yaitu vaksinasi Covid-19  agar kekebalan komunitas bisa terwujud pada akhir Desember 2021.

Generasi muda  yang merupakan tonggak pembangunan bangsa  memiliki peran terbesar menciptakan inovasi di masyarakat sebagai pelopor kebaikan termasuk pada masa pandemi ini. Golongan pemuda/kaum milenial seperti para pemuda di tahun 1945 harus mengambil peran sebagai pejuang dan pelopor kebaikan untuk memutus rantai Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan. Pemuda juga diharapkan menjadi corong menyebarkanluaskan informasi di garda depan bangsa. Melalui kecanggihan teknologi, kaum milenial bisa berinovasi memanfaatkan teknologi untuk berbagi kebaikan kepada siapapun dan di mana pun berada.

Kita bisa bergadengan tangan mengajak warga untuk mematuhi protokol kesehatan melalui media sosial atau dengan media informasi lainnya tanpa bertemu langsung dengan menyajikan edukasi kreatif perihal Covid-19 dan hal-hal bermanfaat.

Ancaman bentuk baru yang sekarang dihadapi selain pandemi adalah ancaman perubahan iklim sebagai dampak dari adanya ketidak pedulian terhadap kelestarian alam seperti masalah sampah yang ada disekitar kita. Menurut Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati, masalah sampah merupakan persoalan nasional yang memerlukan pengelolaan secara holistik, sistemastis dan terintegrasi.

Data pada tahun 2019 KLHK mencatat jumlah timbunan sampah sebesar 67,8 juta ton/tahun yang terdiri dari sampah organik 57 persen, sampah plastik 15 persen, sampah kertas 11 persen dan sampah lainnya sebesar 17 persen. Ancaman sampah adalah ancaman riil yang ada disekitar kita dan apabila tidak ditangani akan berdampak kepada pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Pahlawan masa kini niscaya adalah para tokoh yang telah berhasil memimpin menyelesaikan masalah sampah di daerahnya masing-masing.

Setiap masa yang berbeda selalu menyajikan peluang dan tantangan masing-masing dalam menghadapi setiap ancaman bagi kehidupan sebuah masyarakat yang ada di suatu negara. Pertempuran 10 November 1945 adalah salah satu perjuangan yang mengorbankan jiwa raga agar Indonesia lepas dari belenggu penjajahan. Sejalan dengan belenggu penjajahan, perjuangan di masa Covid-19 untuk Indonesia lepas dari serbuan varian Corona dan dari bentuk ancaman perusakan lingkungan alam.

Perjuangan pada 1945 dan 2021 sama beratnya. Kita tidak bisa menilai ini lebih penting atau lebih berat. Sebab setiap era ada masalah dan solusinya tersendiri. Inti yang bisa dipetik dari momen 10 November 1945 yakni pada masa sekarang harus terpatri semangat pantang mundur seluruh rakyat dari Sabang ke Merauke, dari Miangas ke Rote, membebaskan Ibu Pertiwi dari virus penyakit atau virus-virus lain yang menggerogoti  sendi-sendi Nusantara.

Semangat perjuangan 10 November 1945 tidak boleh luntur dan harus tegak lurus bersama merawat Garuda Pancasila hingga puluhan tahun lagi pada 2045 dan selanjutnya hingga kiamat  turun.

Perang 10 November 1945 sangat erat dengan peran ulama serta resolusi jihad perang besar. Kini, pada masa 2020-2021, rakyat Indonesia  juga sedang berjihad dan berjibaku perang menghadapi pandemi dan kerusakan lingkungan.  

Selalu ada perang/konfilik dalam topeng yang berbeda. Ada perjuangan menghadapi konflik paling besar yang menjadi tanggung jawab seluruh elemen warga yakni mengusung Indonesia menjadi negara baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement