Rabu 10 Nov 2021 14:17 WIB

Tanda-Tanda Indonesia Menuju Endemi, Bisakah Dipertahankan?

Tren penurunan kasus positif dan kematian Covid-19 masih berlanjut hingga saat ini.

Sejumlah warga beraktivitas di kawasan Teras Cihampelas di Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Senin (8/11). Pemerintah Kota Bandung berencana akan mereaktivasi salah satu destinasi wisata kota Teras (skywalk) Cihampelas pada akhir tahun 2021. Hal tersebut dilakukan guna memulihkan perekonomian para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang terdampak pandemi Covid-19. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Sejumlah ahli kesehatan di dunia memprediksi pandemi Covid-19 bakal menjadi endemi pada 2022. Kendati demikian, mereka memperingatkan SARS-Cov-2 tetap menjadi virus yang tak dapat diprediksi dan dapat bermutasi di antara populasi tak divaksinasi.

"Kami pikir antara sekarang dan akhir 2022, ini adalah titik di mana kami mendapatkan kendali atas virus ini, di mana kami dapat secara signifikan menguragi penyakit parah serta kematian," kata ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove saat diwawancara Reuters, Rabu (3/11).

Pandangan atau perkiraan tersebut didasarkan pada pekerjaan dengan para ahli penyakit yang memetakan kemungkinan perjalanan pandemi selama 18 bulan ke depan. WHO memperkirakan, pada akhir 2022, 70 persen populasi dunia sudah divaksinasi.

"Jika kita mencapai target itu, kita akan berada dalam situasi yang sangat, sangat berbeda secara epidemiologis," ujar Van Kerkhove.

Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengatakan percepatan program vaksinasi sangat diperlukan guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 seiring peningkatan mobilitas masyarakat. "Terlebih lagi pada libur nasional Natal dan Tahun Baru (Nataru) di penghujung tahun ini dikhawatirkan mobilitas masyarakat akan makin meningkat," katanya di Purwokerto, Kamis pekan lalu.

Peningkatan mobilitas saat libur nasional Nataru tersebut, kata dia, perlu dibarengi dengan percepatan vaksinasi guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. "Terutama vaksinasi pada kelompok lansia, ini harus jadi prioritas utama, karena merupakan kelompok paling rentan," katanya.

 

 

Dia berharap cakupan vaksinasi di Tanah Air akan terus meningkat secara signifikan hingga menjelang akhir tahun sesuai dengan target untuk mewujudkan kekebalan kelompok. Selain peningkatan cakupan vaksinasi, kata dia, praktik 3T, yaitu pemeriksaan (testing), pelacakan (tracing) dan pengobatan (treatment) juga perlu terus diintensifkan.

"Praktik 3T harus diintensifkan sambil terus menjalankan program vaksinasi Covid-19 sesuai target sasaran kelompok," katanya.

Ihwal antisipasi masa libur Nataru, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah telah membuat program-program antisipasi penanganan Covid-19. Untuk menghadapi dua momen tersebut, pemerintah disebutnya akan konservatif dalam penanganannya.

"Jadi mungkin akan lebih baik di mata kami, di Kemenkes, kita konservatif sedikit. Kalau kita jaga sekarang kan sudah kelihatan sudah lumayan baik," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (8/11).

Ia mengimbau, semua pihak untuk tidak terlalu euforia dengan kondisi kasus Covid-19 yang sudah melandai di Indonesia. Sebab, ada kecenderungan bahwa kasus positif akan kembali melonjak setelah adanya penurunan.

"Kondisi sekarang kan sebenarnya sudah cukup longgar. Kita tahan dulu, saya mohon bantuan bapak ibu dewan membantu menahan, agar jangan berlebihan euforianya," ujar Budi.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tak melakukan aktivitas saat Natal dan Tahun Baru. Pemerintah berkaca pada momen keagamaan yang berbarengan hari libur yang menghasilkan lonjakan kasus Covid-19.

"Itu yang harus ditahan kalau bisa di bawah 5 persen pertambahannya. Karena begitu naik, berdasarkan historis dua kali kita lihat itu selalu menjadi sumber ledakan gelombang baru," ujar Budi.

 

photo
Karantina perjalanan internasional. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement