Selasa 09 Nov 2021 16:41 WIB

27 Titik Kritis Ancam Picu Banjir di Indramayu

Kondisi itu bisa mengancam timbulnya banjir pada musim penghujan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Warga melintasi banjir di desa Babadan, Kecamatan Sindang, Indramayu, Jawa Barat (ilustrasi)
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Warga melintasi banjir di desa Babadan, Kecamatan Sindang, Indramayu, Jawa Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sebanyak 27 titik tanggul sungai di Kabupaten Indramayu saat ini dalam kondisi kritis. Kondisi itu bisa mengancam timbulnya banjir pada musim penghujan ini.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, Caya, menyebutkan, di sepanjang sungai Cimanuk, ada 27 titik tanggul yang kritis. Dari jumlah itu, ada tujuh titik yang sudah ditangani Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung.

Baca Juga

Sedangkan di sepanjang sungai Cipunegara, ada delapan titik yang kritis. Dari jumlah itu, ada satu titik yang sudah ditangani BBWS Citarum. "Jadi secara keseluruhan ada 27 titik yang kritis. Tanggulnya sudah tidak ada, hanya mengandalkan tembok penahan tanah (TPT). Jadi kalau nanti TPT-nya ambruk, ya sudah, kayak (banjir besar Febaruari 2021) kemarin lagi," ujar Caya, saat ditemui usai Apel Siaga Darurat Bencana, yang digelar di Alun-alun Indramayu, Selasa (9/11).

Caya menyebutkan, titik kritis itu tersebar di sepuluh kecamatan. Yakni, Kecamatan Sukagumiwang, Kertasemaya, Tukdana, Bangodua, Jatibarang, Lohbener, Widasari, Indramayu, Sindang dan Pasekan.

"Yang paling parah di sepanjang sungai Cimanuk itu di Kecamatan Jatibarang dan Sukagumiwang. Kalau di Cipunegara, rata-rata tidak ada tanggulnya dan tebingnya longsor mendekati perumahan warga," terang Caya.

Caya mengatakan, untuk sungai Cimanuk, debit atau daya tampung maksimalnya adalah 900 meter kubik per detik. Jika melebihi angka tersebut, maka akan terjadi over topping atau limpas.

Sementara itu, Bupati Indramayu, Nina Agustina, menyatakan, Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu sudah bersiap menghadapi ancaman bencana di musim penghujan ini. Selain dari segi sumber daya manusia (SDM), kesiapan juga berupa sarana dan prasarana.

"Walau tidak berharap ada bencana, tapi kita semua sudah siap. Petugas di lapangan sudah siap, peralatan jika terjadi sesuatu juga sudah siap," tukas Nina.

Adapun ancaman bencana yang berpotensi terjadi di Kabupaten Indramayu adalah banjir maupun rob (banjir akibat gelombang pasang air laut). Nina pun berpesan agar masyarakat bersama-sama mencegah agar bencana, terutama banjir, tidak sampai terjadi. Caranya, menjaga kebersihan, termasuk membersihkan saluran-saluran. "Masyarakat ayo sama-sama peduli, jangan buang sampah sembarangan," tukas Nina.

Terpisah, Kepala BBWS Cimanun Cisanggarung, Ismail Widadi, mengatakan, terdapat lima pilar kesiapsiagaan dalam rangka mengantisipasi potensi bencana pada musim penghujan di Kabupaten Indramayu. Pertama, petugas diminta harus siap siaga 24 jam untuk mendapatkan perintah dan mempersiapkan diri, baik peralatannya hingga materialnya.

Kedua, melakukan identifikasi lokasi kritis di lapangan melalui penelurusan atau laporan dari masyarakat. Ketiga, petugas di lapangan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam mengatasi titik bencana. Keempat, petugas mengamati terus menerus pada lokasi kritis dan jika terdapat potensi yang membayakan segera lapor komandannya.

"Kelima, menjaga koordinasi dan kolaborasi antarpetugas, terutama sesama jejaring komunikasi untuk tetap solid, bersahabat, bersaudara dalam kesiapsiagaan untuk menyelamatkan orang sekitar dan nyawa diri sendiri di lokasi terjadinya bencana," kata Ismail.

Ismail menambahkan, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi banjir di Indramayu, juga dibutuhkan kesadaran dari masyarakat agar selalu menjaga lingkungan sekitar. Hal itu terutama aliran sungai dan irigasi agar tidak tersumbat oleh sampah. "Ingat, banjir juga bisa terjadi akibat faktor manusia yang membuang sampah sembarangan," tandas Ismail. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement