REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Diguyur hujan deras sejak kemarin Ahad (7/11), Jakarta hingga Senin siang ini masih dilanda banjir dan genangan di beberapa titik. Bahkan, hingga pukul 09.00 WIB tadi, masih ada sekitar 67 RT yang masih terendam air di seluruh wilayah DKI.
“Informasi genangan saat ini ada 67 RT atau 0,220 persen dari 30.470 RT yang ada di DKI Jakarta,” kata Kapusdatin Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DKI Jakarta Mohammad Insaf, kepada awak media, Senin (8/11).
Dikatakan dia, dari 67 RT itu, sekitar 52 di antaranya merupakan wilayah dari Jakarta Timur. Sedangkan sisanya, berada di Jakarta Selatan. Khusus pengungsi, ada sekitar 65 jiwa dari 15 kepala keluarga (KK). Berdasarkan informasi, lokasi pengungsian berada di Aula Kantor Kelurahan Kampung Melayu dan Aula Masjid Ittihadul Ikhwan RW 008, Kampung Melayu.
“Kondisi genangan sedang ditangani oleh Pihak Kelurahan Setempat Bersama PPSU, Tim TRC BPBD, DSDA, Satpol PP, Tagana dan Disgulkarmat ditargetkan akan surut dalam waktu cepat,” kata dia.
Salah satu daerah yang masih mengalami banjir hingga Senin siang yaitu kawasan Rawajati, Pancoran Jakarta Selatan, dengan ketinggian air mencapai 20-40 sentimeter. Banjir ini akibat luapan Kali Ciliwung di belakang permukiman warga Jalan Bina Warga Rukun Tetangga (RT) 03 RW 07.
Salah satu warga, Sri Sumarni (45) mengatakan banjir yang menggenangi permukiman warga tersebut sudah terjadi sejak pukul 21.00 WIB pada Ahad (7/11). Sumarni saat ditemui di lokasi, Senin, mengatakan tingginya curah hujan dan meluapnya Sungai Ciliwung membuat kawasan itu dilanda banjir dengan ketinggian mencapai dua meter lebih.
"Ada 50 kepala keluarga, 133 jiwa yang semuanya terkena banjir, itu yang paling parah terendam di lapangan bulu tangkis," kata istri dari Ketua RT 03 RW 07 Rawajati itu.
Dia juga menyebutkan banjir yang melanda ini menjadi yang terparah dalam beberapa pekan terakhir lantaran mencapai ketinggian dua meter lebih.
Di Tangerang Selatan, tercatat ada tujuh titik banjir yang ketinggian airnya mencapai hingga 100 sentimeter. “Ada tujuh titik kejadian banjir di Tangsel,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Tangsel Urip Supriatna.
Baca juga : Sungai Ciliwung Meluap Picu Banjir di Rawajati, Jaksel
Terkait dengan penyebab banjir yang terjadi di ketujuh lokasi, Urip mengatakan notabene lantaran kondisi hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak siang hari. “Penyebabnya karena intensitas hujan lebat pada pukul 14.00 WIB dengan durasi kurang lebih 1 jam, sehingga drainase tidak dapat menampung debit air,” ujar dia.
Pihak BPBD Kota Tangsel masih melakukan pendataan terkait jumlah warga yang terdampak dari kejadian banjir tersebut. Berdasarkan data sementara yang diperoleh, tidak ada korban jiwa serta nihil warga yang mengungsi.
Sementara, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor didesak agar membunyikan alarm siaga bencana, dengan menyiagakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor dan optimalisasi dana Bantuan Tidak Terduga (BTT) untuk tanggap bencana. Hal ktu menyusul angka bencana alam yang tinggi di Kota Bogor sejak awal November.
“Alarm siaga bencana harus dibunyikan. BPBD harus standby dan selalu on call, siaga penuh dalam tanggap bencana dengan merespon cepat aduan warga,” kata Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto.
Berdasarkan catatan dari BPBD Kota Bogor, terdapat 24 bencana alam yang terjadi dalam sehari pada Ahad (7/11) kemarin. Adapun bencana terdiri dari sembilan kejadian tanah longsor, 11 kejadian banjir lintasan, satu kejadian pohon tumbang, satu kejadian rumah roboh, satu kejadian Tembok Penahan Tanah (TPT) ambruk, dan satu kejadian pondasi retak.
Butuh Perahu
Menteri Sosial Tri Rismaharini menyebut, skema penyaluran logistik bagi korban banjir berbeda-beda di setiap daerah. Di Jakarta, penyalurannya tak perlu dengan membuat gudang logistik (buffer stock), tapi cukup dengan menggunakan perahu.
Risma menjelaskan, ketika bencana berupa banjir ataupun tanah longsor melanda suatu wilayah, pihaknya akan berupaya memastikan semua warga terdampak mendapatkan makanan. Untuk wilayah yang akses jalannya rawan terputus ketika bencana, maka pihaknya akan membuatkan gudang logistik.
"Kalau di Jakarta mungkin tidak seperti itu. Hanya butuh perahu, misalkan," kata Risma.