Kini, pejabat menteri dan pemimpin rezim baru mendesak orang untuk melanjutkan operasi normal mereka. Namun, sebagian besar orang biasa pesimistis tentang pekerjaan, bisnis, dan keamanan pribadi mereka dengan alasan yang berbeda.
Sejak pengambilalihan Kabul oleh Taliban pada 15 Agustus lalu, beberapa orang yang dulunya bekerja di sektor publik mulai pindah kembali ke provinsi. Hal ini karena mereka tidak melihat adanya kesempatan kerja di instansi pemerintah di Kabul lagi.
Putus Asa
Keputusasaan, ketidakpastian, dan keraguan telah membuat rakyat Afghanistan kewalahan. Mereka takut menghadapi skenario terburuk yang ditimbulkan dari kelaparan yang melanda karena pengangguran, perpindahan internal, Covid-19, dan kekeringan.
Di sisi lain, negara-negara tetangga,termasuk Iran, Pakistan, dan Tajikistan telah menutup perbatasan darat mereka untuk menghindari masuknya pengungsi Afghanistan lebih jauh. Meskipun tiga negara tetangga langsung telah menampung jutaan warga Afghanistan, kemungkinan besar eksodus massal akan terjadi ke tujuan-tujuan itu begitu perbatasan dibuka kembali dan situasi sudah normal.
Pengangguran, kelaparan, migrasi, dan pengungsian adalah tantangan utama bagi rakyat Afghanistan kini. Ini menandai awal dari krisis kemanusiaan baru.
Akan tetapi situasi itu di luar kemampuan rezim Kabul untuk memberikan solusi komprehensif untuk masalah yang ada, kecuali jika negara-negara regional dan internasional mengulurkan tangan mereka untuk membantu orang-orang yang membutuhkan di Afghanistan. Jauh sebelum Taliban mengambil alih, Afghanistan telah menderita kemiskinan yang parah, migrasi, dan ketidakstabilan selama hampir setengah abad.