REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perkembangan Digitisasi Aksara Kawi ke Unicode menemui babak baru, diperkirakan pada pertengahan tahun depan Aksara Kawi sudah resmi diterbitkan ke dalam tabel Unicode. Hal ini tidak lepas dari peranan pengusung proposal Unicode Aksara Kawi, Ilham Nurwansah dan Aditya Bayu Perdana.
Menurut Ilham Nurwansah, Aksara Kawi sebelumnya telah didaftarkan ke Unicode oleh seorang pria berkebangsaan India bernama Anshuman Pandey. Namun menurut Ilham, Aksara Kawi yang didaftarkan ke Unicode belum lengkap karena Pandey kekurangan referensi untuk penelitian.
“Pengajuan Aksara Kawi sebelumnya pernah didaftarkan oleh Anshuman Pandey pada tahun 2012, yaitu Preliminary Proposal to Encode the Kawi Script. Namun Aksara Kawi yang sudah terdaftar belum lengkap dan harus diperbaharui kembali,” ungkap Ilham yang juga merupakan konsultan Pandi dalam program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan).
Lebih lanjut, Ilham menambahkan bahwa ia dan rekannya Aditya Bayu Perdana memperbaharui dan mengajukan kembali proposal Aksara Kawi ke Unicode pada September tahun 2020 silam. Setelah pengajuan tersebut, Unicode merespon dan memberikan evaluasi dan catatan lalu revisi proposalnya dikirimkan kembali oleh keduanya pada Desember 2020.
Pengusul aksara Kawi ke Unicode, Aditya Bayu Perdana mengatakan bahwa Unicode telah merespon secara tertulis dan secara intens melakukan rapat dengan Script Ad Hoc Unicode beberapa kali.
“Berdasarkan beberapa pertemuan Script Ad Hoc yang saya dan Ilham ikuti, beberapa proposal aksara Kawi sudah diusulkan dan diterima oleh Unicode, telah diterima dan direncanakan akan diterbitkan pada Unicode versi 15.0, berdasarkan dokumen Unicode Technical Committee (UTC),” tutur Aditya.
Di sisi lain, Wakil Ketua Bidang Pengembangan usaha, Pemasaran dan Kerjasama Pandi, Heru Nugroho menyambut antusias kabar tersebut. Ia mengungkapkan pada akhirnya ada sosok anak muda asli Indonesia yang bisa mendaftarkan Aksara Nusantara ke Unicode. Adapun Aksara Nusantara yang sudah masuk kedalam tabel Unicode sebelumnya ialah Aksara Jawa, Sunda, Bali, Batak, Rejang, dan Lontaraq, dimana seluruh pengusul aksara yang sudah masuk unicode tersebut adalah peneliti Asing, meskipun secara teknis, banyak dibantu pegiat atau akademisi dari Indonesia.
“Kita bangga bahwa pengusung untuk digitisasi aksara kawi ke Unicode akhirnya akan dituntaskan oleh pribumi Indonesia. Meskipun diawali oleh seorang dari India, Anshuman Pandey, namun pada akhirnya disusun ulang dan dilengkapi oleh Ilham Nurwansah dan Aditya Bayu Perdana. Diperkirakan tahun depan Unicode sudah akan rilis resmi pada tabel Unicode, dan pada akhirnya Aksara Kawi bisa diupayakan untuk proses digitalisasi,” kata Heru.