Sabtu 30 Oct 2021 00:15 WIB

Penerbangan Luar Jawa-Bali Pakai Tes Antigen, Ini Kata IDI

Pesawat penuh penumpang lebih baik gunakan tes PCR untuk melindungi penumpang. 

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Zubairi Djoerban.
Foto: Dok pribadi
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Zubairi Djoerban.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyetujui penerbangan luar Jawa-Bali menggunakan tes antigen. Alasannya, karena penumpang di penerbangan luar Jawa-Bali yang sepi dan positivity rate yang kini di bawah 5 persen.

Menurut Ketua Satuan Tugad Covid-19 IDI Zubairi Djoerban, penerbangan Jawa-Bali memang penuh penumpang. Sedangkan di luar Jawa-Bali cenderung sepi. 

"Jadi, untuk pesawat terbang yang penuh penumpang maka tes polymerase chain reaction (PCR) lebih baik, kan sudah dibuktikan dimanapun bahwa PCR lebih akurat. Sementara di luar Jawa-Bali yang lebih sepi tak apa-apa menggunakan tes antigen karena penumpangnya tidak terlalu penuh," ujar Zubairi saat dihubungi Republika, Jumat (29/10). 

Apalagi, dia menambahkan, positivity ratenya Indomeaia yang kini terus turun. Pihaknya mencatat positivity rate di Jakarta 0,4 persen di Jakarta dan nasional 1,1 persen. 

Artinya, positivity rate Indonesia saat ini memang rendah dan di bawah syarat organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) yaitu di bawah 5 persen. IDI menilai, keputusan pemerintah menetapkan tes antigen untuk penerbangan di luar Jawa-Bali masih bisa disetujui. 

Dia menambahkan, tes PCR lebih penting untuk daerah yang berisiko. Pesawat yang penuh penumpang, lebih baik menggunakan tes PCR untuk melindungi penumpang.  

Kendati demikian, IDI mengingatkan, kondisi ini tidak berlangaung seterusnya. Zubairi mengakui, positivity ratenya sekarang sudah rendah, tetapi saat libur natal tahun baru (nataru) 2021 besok jadi agak bahaya kalau dilonggarkan. 

"Sebaiknya ketentuan tes PCR di Jawa-Bali menjelang nataru tidak turun, kemudian yang daerah yang sepi penumpang saat mulai penuh saat momen itu mestinya lebih ketat dengan menerapkan tes PCR lagi," katanya.

Dikatakannya, kebijakan penetapan tes ini harus berdasarkan data dan ini bersifat dinamis. Oleh karena itu, IDI meminta, pemerintah harus terus evaluasi kebijakan dan langsung bertindak kalau ada keramaian.

Sebab, dia mengingatkan, keramaian beberapa waktu lalu sempat membuat kasus Covid-19 jadi melonjak tinggi. "Kasus harian kita (Indonesia) pernah tembus 50 ribu di pertengahan Juli 2021," ujarnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, penerbangan di luar Jawa-Bali dapat mengggunakan syarat tes antigen. Kebijakan ini diatur dalam addendum Surat Edaran (SE) Satgas Covid-19 Nomor 21 Tahun 2021 yang diterbitkan 27 Oktober 2021.

"Dalam rangkan penyesuaian kesiapan sarana dan prasarana yang spesifik di tiap daerah, maka pelaku perjalanan jarak jauh dengan moda tranportasi udara antarkabupaten atau antarkota di luar pulau jawa bali, dapat menggunakan hasil negatif rapid test antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 1 x 24 jam sebelum keberangkatan," ujar Wiku dalam konferensi pers secara virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (28/10). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement