Jumat 29 Oct 2021 13:59 WIB

Ada La Nina, Kementan Optimistis Produksi Padi Meningkat

Kementan menargetkan luas tanam periode Oktober 2021-Maret 2022 sebesar 8 juta ha.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petani memanggul karung yang berisi padi usai panen. ilustrasi
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Petani memanggul karung yang berisi padi usai panen. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi padi pada periode musim tanam pertama Oktober 2021-Maret 2022 akan mengalami peningkatan. Tantangan iklim La Nina yang diperkirakan datang pada akhir tahun ini dinilai tidak berdampak signifikan karena masih dalam kategori lemah-sedang.

"Kondisi La Nina tentu curah hujan di atas normal, tapi masih kategori lemah-sedang seperti prediksi BMKG. Bukan kuat yang itu bisa menyebabkan banjir. Saat ini di sebagian wilayah juga masih ada yang kering," kata Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Ismail Wahab kepada Republika.co.id, Jumat (29/10).

Baca Juga

Meski demikian, Ismail mengatakan, Kementan tetap akan melakukan percepatan musim tanam pada periode Oktober-Maret kali ini khususna di wilayah-wilayah kering yang mengandalkan air hujan. Menurut dia, La Nina yang masih bukan dalam kategori kuat justru sangat membantu periode pertanaman padi.

Adapun terhadap hama penyakit, ia menerangkan diyakini La Nina secara umum tidak memberikan dampak langsung bagi pertanaman. Sebaliknya, Kementan bersama daerah sentra pertanaman padi berupaya mengamankan potensi air hujan untuk mengisi waduk-waduk yang sudah dibangun pemerintah.

"Apa dampaknya? waduk-waduk yang kosong dengan adanya La Nina akan memungkinkan menyalurkan air lebih luas kepada sawah-sawah dan mudah-mudahan kita bisa menambah luas tanam," katanya.

Kementan pun menargetkan luas tanam pada periode Oktober 2021-Maret 2022 sebesar 8 juta hektare (ha). Ismail mengatakan, target itu cukup tinggi karena didukung curah hujan saat ini yang cenderung ada sepanjang tahun sehingga harus dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi.

"Target ini memang tinggi, kalau itu tercapai, dengan produktivitas 5 ton per hektare saja bisa diperoleh sekitar 40 juta ton gabah kering giling (GKG)," kata dia.

Jumlah tersebut naik dari periode Oktober 2020-Maret 2021. Di mana, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, realisasi luas panen pada periode tersebut mencapai 4,58 juta ha. Adapun produksi GKG yang dihasilkan selama periode tersebut tercatat sebesar 25,16 juta ton.

"Harapan kita curah hujan tahun depan bisa menyambung terus hingga pada Mei-Agustus karena itu merupakan titik kritis pada musim kering. Kalau hujan terus turun wilayah-wilayah yang biasanya panas bisa tanam apapun," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement