Selasa 26 Oct 2021 14:34 WIB

Tren Kenaikan Kasus Covid-19 Sejak Dua Pekan Terakhir

Presiden meminta mewaspadai kenaikan kasus yang sudah terjadi di 105 wilayah.

Calon penumpang pesawat terbang beraktivitas di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (26/10). Pemerintah berencana menjadikan tes PCR syarat wajib perjalanan untuk pengguna semua moda transportasi guna mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang libur Natal dan tahun baru (Nataru). Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan sejak Juli 2021 angka konfirmasi positif Covid-19 di seluruh daerah di Indonesia cenderung menurun. Namun, ia mengatakan, kasus konfirmasi Covid-19 di Tanah Air kembali menunjukkan tren peningkatan dalam kurun dua pekan terakhir. 

"Kita sudah mengamati dalam empat pekan terakhir ada 105 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi yang kasusnya mulai menunjukkan peningkatan dalam dua pekan terakhir," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers "Evaluasi PPKM" yang diikuti dari kanal YouTube Kemenko Marves di Jakarta, Senin (25/10).

Namun, ia mengatakan, angka peningkatan masih berada di batas aman ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Memang angkanya masih tidak mengkhawatirkan dan berada di benchmark batas aman WHO. Tapi kita mencoba mengantisipasi lebih dini supaya jangan sampai euforia berlebih membuat kita lengah, tidak waspada, dan kenaikan kasus di 105 kabupaten/kota terkontrol," katanya.

Berdasarkan laporan harian kasus Covid-19 di Indonesia pada Senin siang, kasus terkonfirmasi meningkat 460 orang dengan total 4,2 juta lebih kasus. Begitu pula, tambahan angka kematian sebanyak 30 orang dari total 143 ribu lebih jiwa.

"Kemudian kita juga melihat beberapa negara di Eropa memang juga kasusnya meningkat," kata Budi. Untuk itu, Kemenkes terus berupaya mengintensifkan langkah antisipasi gelombang lanjutan melalui perpaduan strategi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pelacakan kasus hingga pengawasan terhadap varian baru SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. "Kami sudah lihat bahwa di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan yaitu AY.4.2 yang belum masuk di Indonesia yang terus kami monitor perkembangannya seperti apa," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar kebijakan pemerintah untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19 dapat dipahami oleh masyarakat. Menurutnya, kebijakan ketat di tengah pelonggaran aktivitas masyarakat secara bertahap ini telah dipertimbangkan dengan matang.

Ia pun meminta masyarakat agar belajar dari pengalaman penanganan Covid-19 di berbagai negara Eropa yang mengalami kenaikan kasus signifikan meskipun vaksinasinya cukup tinggi. Relaksasi kegiatan masyarakat di negara-negara tersebut dilakukan dengan mengabaikan protokol kesehatan.

“Ini saya mohon dimengerti. Jadi kalau ada langkah-langkah kami yang kelihatan ketat, kami memang mempertimbangkan betul. Karena kalau sudah nanti menyebar, baru pada ribut. Nah, lebih bagus kami sekarang melakukan ketat tapi longgar,” ujar Luhut saat konferensi pers evaluasi PPKM, dikutip pada Selasa (26/10).

Meskipun terjadi tren penurunan kasus di Indonesia, namun langkah 3T dan 3M tetap harus diperkuat serta disiplin dalam menggunakan PeduliLindungi. Ia menilai, saat ini masyarakat sudah mulai jenuh dalam menerapkan protokol kesehatan. Karena itu, pengawasan terhadap penerapan prokes oleh masyarakat ini juga perlu diperkuat.

“Presiden kembali menekankan PeduliLindungi menjadi salah satu alat untuk mengendalikan pandemi di tengah peningkatan mobilitas ini dan harus terus masif dipromosikan serta digunakan,” kata dia.

 

Luhut mengatakan, pemerintah sudah cukup berpengalaman menghadapi pandemi selama hampir dua tahun ini. Sehingga ia berharap masyarakat tak emosional menanggapi kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. 

photo
Potensi gelombang ketiga Covid-19 bisa dicegah dengan vaksinasi dan taat prokes. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement