Senin 25 Oct 2021 18:10 WIB

BRIN: Indonesia Cocok Jadi Pusat Peluncuran Satelit

BRIN menilai pembangunan Bandar Antariksa di Indonesia penting untuk dilakukan. 

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menyebut pembangunan Bandar Antariksa di Indonesia penting untuk dilakukan. Salah satu alasannya berkaitan dengan keunggulan geografis Indonesia, yang menjadikannya cocok sebagai pusat lokasi peluncuran satelit. 

“Keunggulan geografis Indonesia yang terletak di khatulistiwa, menjadikan Indonesia cocok menjadi pusat peluncuran satelit," ujar Handoko dikutip dari laman resmi BRIN, Senin (25/10). 

Baca Juga

Handoko berharap ke depan Indonesia dapat memiliki kemandirian dalam meluncurkan satelit untuk kepentingan komunikasi, surveilans, mitigasi perubahan iklim, mitigasi bencana, dan sebagainya. Menurut dia, pentingnya pembangunan Bandar Antariksa di Indonesia juga tidak terlepas dari kebutuhan pengembangan teknologi keantariksaan nasional. 

Di sisi lain, Handoko menerangkan, Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar terkait keantariksaan. Selain itu, ia menilai, pembangunan Bandar Antariksa tersebut juga dapat menjadi upaya negara ini menciptakan nilai ekonomi dari kegiatan keantariksaan yang khususnya terkait peluncuran roket. 

Pada Kamis (21/10) lalu, Handoko meninjau langsung calon lokasi Bandar Antariksa di Desa Saukobye, Biak Utara, Papua. Pada kesempatan itu Kepala BRIN mengungkapkan, kesiapan lahan dan investor menjadi dua syarat utama agar pembangunan Bandar Antariksa dapat dimulai.

“Jika kedua syarat tersebut sudah jelas, BRIN akan memulai pembangunan. Kita akan bermitra dengan konsorsium swasta. Bandara ini nantinya bukan sekedar fasilitas negara untuk riset tetapi juga untuk bisnis peluncuran satelit,” ungkap Handoko. 

Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, Erna Sri Adiningsih, menyampaikan, LAPAN sudah melakukan studi feasibilitas pada lahan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan di Biak. Ada dua kandidat utama lokasi yang dipilih berdasarkan beberapa aspek hasil kajian, yakni Pulau Biak dan Pulau Morotai, Maluku Utara. 

“Lokasi Biak diketahui sudah sesuai dalam hal teknis dan lingkungan secara fisik. Namun untuk luasannya harus diperluas karena belum memenuhi persyaratan minimum 1.000 hektar untuk kebutuhan yang lebih besar, selain itu ada aspek sosial budaya yang harus dipikirkan secara serius," jelas Erna. 

"Stasiun bumi di Biak sudah ada sejak lama sebelum BRIN terbentuk. Posisinya berbeda dengan lokasi yang diisukan akan dibangun bandara roket pengorbit satelit,” kata dia melanjutkan. 

Selain meninjau calon lokasi Bandar Antariksa, Kepala BRIN juga berkesempatan mengunjungi Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh Biak. Handoko berkeliling melihat berbagai fasilitas yang ada seperti stasiun kerjasama LAPAN-ISRO Biak, dan proyek pembangunan Gedung Fasilitas Stasiun Bumi Pengendali dan Penerima Data Satelit disebut juga proyek antena SBSN yang saat ini masih dalam tahap pembangunan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement