REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto, mengonfirmasi, hasil uji laboratorium sampel air dari Teluk Jakarta memang terdapat kandungan parasetamol. Namun demikian, kata dia, jumlah yang ada dari sampel air tersebut tidak mengindikasikan jumlah serupa dari temuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebelumnya.
"Memang nilai yang kita peroleh tidak sebesar yang ada atau dirilis oleh BRIN. tapi kandungannya ada (paracetamol), sekitar 200 nanogram (ng), sekitar segitu. Kalau yang BRIN sekitar 600 (ng/Liter)" kata Asep saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (25/10).
Ditanya apakah jumlah tersebut tetap berdampak pada ekosistem laut, Asep tak menampik kemungkinan tersebut. Namun demikian, pihaknya mengaku masih akan melakukan investigasi lebih jauh.
Asep menduga, ada kemungkinan pencemaran paracetamol tersebut merupakan ulah perusahaan industri terdekat. Jika memang terbukti, kata dia, pihak Pemprov DKI diklaimnya akan melakukan penindakan langsung.
"Mudah-mudahan kalau hasil investigasinya sudah bisa diselesaikan, maka kita akan melakukan penindakan terhadap perusahaan pencemar tersebut," tuturnya.
Sebelumnya, peneliti oseanografi BRIN, Prof Zainal Arifin, menjelaskan hasil studi pendahuluan soal kualitas air di beberapa situs terdominasi limbah buangan. Menurut dia, di beberapa lokasi Teluk Jakarta, seperti Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing; serta satu lokasi di pantai utara Jawa Tengah yakni Pantai Eretan, terdapat parameter kontaminasi air.
"Hasil penelitian menunjukkan, beberapa parameter nutrisi seperti Amonia, Nitrat, dan total Fosfat, melebihi batas Baku Mutu Air Laut Indonesia," ujar Zainal di Jakarta, Senin (4/10).
Khusus paracetamol yang ramai di Jakarta, kata dia, terdapat di situs Muara Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L). Menurut Zainal, konsentrasi parasetamol yang cukup tinggi, meningkatkan kekhawatiran mengenai risiko lingkungan dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.