Jumat 22 Oct 2021 19:28 WIB

Bersiap Hadapi Gelombang Ketiga Covid-19 di Tanah Air

Pemerintah diminta segera menerbitkan aturan cegah gelombang ketiga Covid-19.

Petugas gabungan mengimbau kendaraan berplat nomor ganjil untuk berputar arah saat pengendalian mobilitas ganjil genap untuk pengunjung TMII di Jalan Pintu 1 TMII, Jakarta, Sabtu (18/9). Ditlantas Polda Metro Jaya memberlakukan kebijakan pembatasan mobilitas warga dengan sistem ganjil genap pada dua kawasan TMII dan Taman Impian Jaya Ancol pada hari Jumat, Sabtu dan Ahad mulai pukul 12.00-18.00 WIB. Republika/Putra M. Akbar
Foto:

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, mengingatkan pemerintah agar segera membuat aturan untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga. "Saya kira kembali kepada kita harus membuat aturan yang mana kita sama-sama sepakati baik pemerintah maupun masyarakat," kata Melki di Kantor DPP Partai Golkar, Jumat (22/10).

Menurutnya potensi tersebut bisa saja terjadi jika tidak dilakukan pencegahan dengan baik. Politkus Partai Golkar itu menilai masyarakat sudah lebih tertib dalam menjalankan protokol kesehatan, berbeda dibanding awal pandemi.

"Di awal-awal pandemi kita belum tertib tapi sekarang jauh lebih tertib. Masyarakat kita sadar bahwa urusan pandemi ini butuh kerja sama kita semua. Sekali lagi pemerintah bisa membuat berbagai aturan yang baik," tutur Melki.

Sebelumnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus Covid-19 di Indonesia melandai dan positivity rate sebesar 0,6 persen per Kamis (21/10). Kendati demikian, Kemenkes melihat gelombang ketiga adalah sesuatu yang niscaya berpotensi terjadi, termasuk usai libur Natal dan tahun baru akhir tahun 2021 nanti.

"Gelombang ketiga adalah sesuatu yang niscaya berpotensi terjadi. Karena satu jurnal ilmiah sudah menyatakan bahwa Covid-19 ini sifatnya akan menimbulkan gelombang epidemiologi berkali-kali," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat berbicara di konferensi virtual bertema 'Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19, Benarkah Terjadi Akhir Tahun?', Kamis (21/10).

Covid-19 tidak cukup selesai dalam hanya satu gelombang dan setelah mencapai puncaknya kemudian turun kemudian selesai. Artinya itu tak terjadi pada pola penyebaran Covid-19.

Apalagi, ia menyebutkan banyak negara yang saat ini sudah mengalami gelombang tiga, padahal mengalami cakupan vaksinasi yang tinggi dan memiliki tingkat protokol kesehatan (prokes) yang sudah baik, misalnya Eropa, Inggris, Amerika Serikat. Ia menambahkan, negara-negara ini sudah relaksasi karena masyarakatnya sudah tak pakai masker, melakukan aktivitas di tempat publik, tempat terbuka, jaga jarak juga sudah tak dilakukan karena cakupan vaksinasinya sudah lebih dari 70 persen sasaran vaksinasi.

Kemudian setelah ada varian delta, dia melanjutkan, kasus Covid-19 di negara-negara ini kembali naik dan mereka berjuang menurunkan kasus meski kasus kematian sangat rendah. Artinya, dia melanjutkan, gelombang ketiga Covid-19 sangat memungkinkan terjadi di Indonesia karena sudah ada contohnya di negara lain.

Apalagi, dia melanjutkan, setiap ada peningkatan mobilitas selalu terjadi peningkatan kasus Covid-19 karena biasanya kalau kasus Covid-19 turun maka ada relaksasi aktivitas masyarakat, termasuk ibadah. Biasanya dalam kondisi aman seperti sekarang, pihaknya menilai masyarakat cenderung dalam protokol kesehatan (prokes) yang biasa dijalankan jadi kendor. Jadi, tak lagi disiplin prokes. "Apalagi, di akhir tahun ini ada beberapa hal yang membuat terjadinya potensi peningkatan kasus Covid-19," ujarnya.

Pertama, Nadia melanjutkan, maulid nabi yang membuat pergerakan masyarakat terjadi. Kemudian momen kedua adalah natal dan pascaperingatan natal, kemudian terakhir adalah tahun baru. Nadia mengakui, setelah tahun baru ada peningkatan kasus dan ini dialami saat pergantian tahun 2020 menuju ke 2021.

photo
Daftar Negara Boleh Masuk RI - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement