REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, Abraham Lunggana atau yang akrab dipanggil Haji Lulung mengharamkan nama mantan Presiden Turki, Mustafa Kemal Ataturk menjadi nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
"Haram hukumnya di tanah Betawi ada nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk," ujar Haji Lulung dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (20/10).
Haji Lulung mengatakan, sikap penolakan Bamus Betawi ini karena reputasi Ataturk yang dianggap sebagai tokoh Turki yang kontroversial dengan pemikiran sesat. Apalagi, menurut dia, Ataturk juga dikenal seluruh dunia sebagai Islamofobia.
"Dia adalah seorang tokoh sekuler yang kejam dan benci Islam. Sehingga, tidak layak namanya di jadikan nama Jalan di tanah yang mayoritas penduduknya beragama Islam," ucap Ketua DPW PPP DKI Jakarta ini.
Karena itu, Haji Lulung meminta kepada pemerintah untuk tidak sembarangan menempatkan nama Jalan di Jakarta sebelum ditinjau dari aspek sejarah dan geografisnya. Jika rencana tersebut dipaksakan, menurut Haji Lulung, maka akan mencederai perasaan umat Islam di Indonesia, khususnya umat Islam Betawi sebagai masyarakat yang religius.
Lebih jauh, mantan Anggota DPR RI ini mengaku, sangat mengapresiasi ide baik pemerintah Indonesia dan Turki yang saling memberikan nama jalan untuk menguatkan hubungan bilateral kedua negara.
"Kami sepenuhnya mendukung tukar guling usulan nama yang semangatnya adalah untuk menguatkan hubungan bilateral Indonesia-Turki," kata Haji Lulung.
Diketahui, KBRI Ankara sebelumnya meminta pemerintah Turki untuk menamai jalan di depan gedung baru mereka dengan nama Sukarno. Sementara, Turki mengusulkan Mustafa Kemal Ataturk menjadi nama jalan di Jakarta.
Namun, Haji Lulung meminta pemerintah dan Dubes Turki di Indonesia memahami realitas masifnya penolakan terhadap nama Attaturk yang memicu banyak protes di dalam negeri, khususnya kondisi masyarakat Betawi selaku tuan rumah di Ibu Kota.
Karena itu, menurut dia, Bamus Betawi mengusulkan nama alternatif lain yaitu dengan penamaan “Jalan Turki Utsmani” sebagai penggantinya. Karena, Dinasti Turki Utsmani pernah mencapai puncak kejayaanya dalam sejarah peradaban Islam.
"Saya kira, kenapa tidak Turki Utsmani saja, kan banyak juga nama tempat atau daerah yang dijadikan nama jalan di Jakarta. Sebagai simbol peradaban Islam terakir di dunia, penamaan Turki Utsmani akan menjadi doa dan Inspirasi bagi generasi ke depan," jelasnya.
Haji Lulung menambahkan, dalam waktu dekat pihaknya juga akan segera berkirim surat ke Kedutaan Besar (Kedubes) Turki untuk menyampaikan perihal penolakan tersebut. "Insya Allah, selanjutnya kami akan mengirim surat resmi tentang keberatan kami keluarga besar Bamus Betawi agar sebaiknya usulan Attaturk diganti dengan nama lain saja," uajr Haji Lulung.