REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mendorong pemerintah dan pihak-pihak terkait menawarkan paket wisata premium untuk wisatawan Nusantara. Ini dilakukan sebagai salah satu strategi dalam pemulihan pariwisata pada masa pandemi COVID-19.
"Di masa pandemi dan pemulihan seperti sekarang, sebaiknya diarahkan ke wisnus dulu. Di samping Bali memang harus mendatangkan wisman," kata Deputi Kepala KPwBI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda di Denpasar, Bali, Selasa (19/10).
Dalam acara Survei Bicara dengan topik 'Diseminasi Hasil Survei BI' itu, menurut dia, paket wisata premium itu dapat ditujukan kepada wisatawan Nusantara yang memang dari kelompok kaya raya. "Kalau bisa misalnya, mereka itu ketika ingin melihat tari Kecak, bisa melihat di hotel saja dengan langsung mendatangkan penarinya. Tidak perlu harus ke Uluwatu," ucapnya di samping juga ditawarkan paket wisata medis dan kebugaran.
Rizki mengutip hasil survei Dinas Pariwisata Provinsi Bali pada 2019, lama tinggal wisatawan Nusantara (wisnus) atau domestik di Pulau Dewata rata-rata 4 hari, lebih singkat dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang lama tinggalnya 9,9 hari. Demikian juga dengan pengeluaran wisnus rata-rata Rp 463 ribu per hari, sedangkan wisman mencapai 142 dolar AS per hari.
"Jika dikalikan lama tinggal, maka wisman di Bali spendingnya sekitar Rp 20 juta, sedangkan wisnus hanya Rp1,9 juta. Itu artinya kekuatan wisman 10,8 kali kekuatan wisnus saat berkunjung ke Bali," ucapnya.
Demikian pula, jika dikalikan dengan jumlah kunjungan per tahun, pengeluaran wisman mencapai Rp 141,8 triliun, sedangkan wisnus sekitar Rp 15 triliun.
Untuk menggairahkan wisatawan Nusantara ke Bali, Rizki pun berharap persyaratan masuk Bali yang harus menunjukkan hasil swab PCR diturunkan cukup rapid antigen. Ataupun jika tetap PCR, supaya tarifnya turun dari yang saat ini sebesar Rp 495 ribu.