Ahad 17 Oct 2021 17:59 WIB

Pertumbuhan Pariwisata Sulteng Belum Optimal

Okupansi hotel atau tingkat penghunian kamar di Sulteng sudah mengalami kenaikan.

Sejumlah anak berenang di kolam pemandian mata air Bionga di Desa Kaleke, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (15/10/2021). Kolam permandian mata air menjadi alternatif destinasi wisata di daerah tersebut.
Foto: ANTARA/Mohamad Hamzah
Sejumlah anak berenang di kolam pemandian mata air Bionga di Desa Kaleke, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (15/10/2021). Kolam permandian mata air menjadi alternatif destinasi wisata di daerah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah mengatakan tingkat pertumbuhan pariwisata di provinsi itu pada masa pandemi Covid-19 masih belum optimal sebagai dampak pandemi Covid-19.

"Perlahan kami upayakan angka pertumbuhan ini lebih meningkat lewat berbagai intervensi kegiatan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulteng I Nyoman Sriadijaya saat menjadi narasumber di kegiatan rembuk pendidikan di Kabupaten Parigi Moutong, Sabtu (16/10).

Menurutnya, pengembangan sektor pariwisata harus didukung dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM), agar lebih profesional dalam menata dan mengelola kegiatan kepariwisataan.

Namun, saat ini justru okupansi hotel atau tingkat penghunian kamar sudah mengalami kenaikan di angka 50 persen di Sulteng yang dipengaruhi berbagai kegiatan, termasuk kegiatan investasi pertambangan di wilayah Kabupaten Morowali dan Morowali Utara.

Dari sisi perhotelan, fasilitas penginapan di Sulteng masih kurang, sehingga perlu di tambah dengan melibatkan pemodal untuk berinvestasi di sektor pariwisata.

Keberuntungan provinsi ini adalah sekarang sudah berada di level 2 kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pergerakan orang keluar masuk di Sulteng lebih meningkat di banding saat masih berstatus level 4. Hal ini, memicu meningkatnya jumlah kunjungan hotel, baik di Palu maupun daerah-daerah lainnya.

Menurutnya, peluang dan tantangan pariwisata di Sulteng pada masa pandemi perlu dipetakan isu-isu strategis agar pengembangan kepariwisataan ke depan lebih terarah.

Rencana pemindahan ibu kota negara di Kalimantan Timur menjadi peluang bagi Sulawesi Tengah dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan, termasuk pariwisata karena provinsi ini memiliki dua destinasi wisata prioritas yakni Kepulauan Togean dan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) yang sudah dikenal di mancanegara.

"Di masa-masa sekarang mungkin sulit menarik minat wisatawan mancanegara karena masing-masing negara memiliki kebijakan sendiri mengatur warganya keluar masuk. Nah, saat ini bagai mana cara kita menarik wisatawan domestik berkunjung ke destinasi unggulan di provinsi ini," ucap Nyoman.

"Sulteng punya brand cagar biosfer dan provinsi ini juga memiliki tiga geoparks dengan 25 siklus geologi dan 10 siklus nongeologi. Potensi ini baru diketahui setelah gempa, tsunami dan likuifaksi terjadi," ujar Nyoman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement