Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) manyatakan, belum dapat menghitung berapa harga umrah di masa pandemi Covid-19. Saat ini pemerintah Indonesia Arab Saudi sedang mempersiapkan pembukaan umrah di masa pandemi.
"Untuk umrah saat ini jika dibuka tapi belum dapat menghitung dengan pasti berapa harga referensi yang paling pas untuk perjalanan," kata Ketua Amphuri Firman M Nur saat dihubungi Republika, Jumat (15/10).
Firman mengatakan, harga paket umrah sebelum pandemi dan sudah pandemi berbeda. Harga umrah di masa pandemi jauh lebih mahal daripada sebelum pandemi.
"Harga referensi yang sudah berlaku seelum masa pandemi sebanyak 20 juta dan ketika masa uji coba bulan November sampai Februari yang lalu harga referensi disesuaikan menjadi 26 juta," ujarnya.
Firman mengaku, harga referensi untuk masa percobaan umrah belum dapat menghitung dengan pasti berapa harga referensinya. Karena harga referensi itu akan menjadi standar jamaah untuk mendapatkan standar pelayanan mineral (SPM).
"SPM penting agar mendapat kepastian dalam pelayanan, kepastian dalam bimbingan, kepastian dalam akomodasi transportasi dapat diberikan dengan standar minimal kenyamanan," katanya.
Direktur Utama PT Thayiba Tora Tour & Travel Artha Hanif mengatakan, kebijakan Arab Saudi terkait dengan umrah pada masa pandemi masih bisa berubah. Perubahan kebijakan dan informasi ini berdampak pada harga yang harus dibayar para calon jamaah umrah.
"Ketika simulasi umrah secara internasional dibuka di bulan November 2020 sampai 2 Januari 2021, selama 3 bulan itu terjadi berulang kali informasi-informasi atau kebijakan-kebijakan dari Saudi Arabia yang segera berubah memberikan efek, khususnya efek kepada kenyamanan dan efek kepada perubahan harga yang harus ditanggung oleh calon jamaah," kata Artha Hanif saat dihubungi Republika, Kamis (14/10).
Artha berharap, penyelenggaraan ibadah umrah di masa pandemi sekarang ini dapat berjalan dengan lancar, tidak ada gangguan-gangguan yang tidak produktif yang disebabkan perbedaan harga. Terkait hal ini semua, kembali kepada para penyelenggara ibadah umrah dalam menetapkan paket umrah yang tidak terlalu mahal dengan harga paket yang ditawarkan oleh travel yang lain.
"Tidak boleh ada gangguan-gangguan yang tidak produktif, apalagi karena sebab biaya atau harga paket yang dianggap tidak fair yang sangat besar perbedaan antara satu paket dengan paket yang lain," katanya.
Pemilik Travel Riau Wisata Hati, Muhammad Dawood juga mengaku, hingga kini belum bisa menghitung berapa biaya tambahan yang harus dibayar jamaah untuk umrah pada masa pandemi. Saat ini pemerintah belum mengatur batas harga yang mesti dibayarkan jamaah.
"Belum bisa ditentukan," kata Dawood, saat dihubungi Republika, Kamis (14/10)
Dawood memperkirakan tambahan biaya yang mesti dibayar jamaah biasanya untuk hotel, karena terkait karantina. Namum, sampai saat ini berapa yang harus dibayar pihak hotel belum memberikan rinciannya.
"Belum ada pihak hotel yang info perihal harga," katanya.
Dawood menyarankan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag membuat detail teknis penyelenggaraan ibadah umrah pada masa pandemi. Mulai dari berapa biaya kenaikan umrah, apa yang dimaksud vaksin lengkap, sampai kapan umrah akan dimulai harusnya ada di dalam surat edaran itu.
"Syarat dan aturan umrah kita belum tahu, biaya juga belum diketahui, jadwal keberangkatan. Intinya belum ada kepastian," katanya.