Jumat 15 Oct 2021 13:02 WIB

Ingin Menang 2024, Prabowo Harus Cermat Pilih Pasangan

Persaingan Pilpres 2024 sengit jika Prabowo berhadapan dengan Anies atau Ganjar.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Pertahanan (Menhan) Letjen (Purn) Prabowo Subianto.
Foto: Dok Humas Kemenhan
Menteri Pertahanan (Menhan) Letjen (Purn) Prabowo Subianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo mengamati peluang Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto Djojohadikusumo guna memenangi Pilpres 2024. Dia menyarankan agar Prabowo cermat dalam memilih pasangan dan koalisi.

Elektabilitas Prabowo yang selalu tinggi dalam berbagai survei, kata dia, mulai mengalami kecenderungan menurun. Meski demikian, menurut Karyono, figur Prabowo masih memiliki potensi memenangkan kontestasi Pilpres 2024. Dia meminta Prabowo belajar dari pengalaman Pilpres 2014 dan 2019.

"Hal itu tergantung siapa pasangannya, dan tergantung formasi kandidat yang akan bertarung nanti. Jika merujuk pada hasil survei terkini, menunjukkan peta kekuatan Prabowo semakin melemah," kata Karyono kepada Republika di Jakarta, Kamis (14/10).

Selain itu, faktor penentu lain adalah siapa rival Prabowo. Apabila Ganjar Pranowo dan Anies Rasyid Baswedan maju, sambung dia, bisa menimbulkan persaingan sengit, seperti terbaca dari hasil survei Charta Politika Survei yang dilakukan periode 12-20 Juli 2021 kepada 1.200 responden dengan margin of error 2,83 persen.

Dalam simulasi survei, elektabilitas Ganjar sebesar 16,2 persen bersaing dengan Prabowo dengan elektabilitas sebesar 14,8 persen, dan Anies 14,6 persen. Dalam simulasi 10 nama yang diuji, menurut Karyono, Ganjar mendapat angka 20,6 persen, Anies 17,8 persen, dan Prabowo 17,5 persen.

"Survei tersebut menunjukkan, jika seandainya Prabowo berhadapan dengan Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan, maka jelas tidak mudah bagi Prabowo untuk mewujudkan impiannya menjadi presiden," ujar Karyono.

Baca juga : Eks Pegawai KPK Optimistis Partainya Bisa Ikut Pemilu 2024

Dia juga menganggap hal yang wajar jika Gerindra tetap mendorong Prabowo menjadi calon presiden (capres), meskipun ada kecenderungan elektabilitasnya menurun. Pasalnya, Gerindra meyakini masih ada kesempatan untuk memenangkan Pilpres 2024. Hanya saja, semua itu tetap mempertimbangkan kondisi di lapangan.

"Selain itu, formasi kandidat pasangan calon presiden-wakil presiden masih belum jelas. Peta koalisi juga masih samar. Situasi politik juga masih sangat dinamis," ucap Karyono.

Meski begitu, Karyono mengingatkan faktor psikologi politik perlu dipertimbangkan Gerindra kalau tetap ingin mengusung Prabowo. Hal itu untuk menjaga maruah partai sekaligus menjaga martabat ketua umum. Apalagi, Gerindra sebagai partai besar perlu mengusung kandidat sendiri.

"Keputusan akhir untuk menentukan maju tidaknya Prabowo akan tergantung bagaimana formasi koalisi nanti," sebut Karyono.

Apalagi jika nantinya dukungan terhadap Prabowo terus melemah maka ada kemungkinan Gerindra memiliki pertimbangan lain. "Bisa saja Prabowo lebih memilih tidak maju menjadi capres, karena sejumlah pertimbangan, misalnya faktor usia atau menghindari stigma sebagai capres gagal berkali-kali," tutur Karyono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement