REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 merupakan tantangan yang masih dihadapi berbagai negara di dunia. Pada konteks regional, Indonesia menyampaikan di hadapan delegasi negara-negara ASEAN mengenai pentinganya penguatan kemitraan para aktor sehingga resiliensi dapat terwujud dan lonjakan kasus Covid-19 dapat dikendalikan.
Hal tersebut merupakan salah satu poin yang disampaikan Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jarwansyah pada 9th ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management dan 10th Meeting of the Conference of the Parties to AADMER, yang digelar secara virtual pada Kamis (14/10). Ia mengatakan, dalam konteks pengendalian pandemi di Indonesia, dukungan dari segala bentuk kolaborasi, kemitraan dan inovasi antara Indonesia dan berbagai kepentingan telah membantu untuk menjadi lebih kuat.
“Kami mendapatkan kemajuan positif dalam menghadapi pandemi hingga saat ini. Dalam hal ini, Indonesia mengakui dan memperoleh keuntungan dari kerja sama yang baik,” ujar Jarwansyah yang mewakili Kepala BNPB dalam pertemuan tersebut.
Kemitraan ini sebagai strategi untuk menanggulangi pandemi secara efektif. Upaya mempercepat dan meningkatkan rasio vaksinasi dilakukan sehingga tingkat risiko keterpaparan atau dampak yang lebih buruk dapat dihindari.
Jarwansyah mengatakan bahwa vaksinasi di Indonesia telah mencapai sekitar 158 juta warga untuk vaksinasi pertama, kedua atau pun ketiga. Di samping itu, upaya lain yang mendapatkan penuh dari berbagai pihak yaitu pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, baik di tingkat nasional dan provinsi.
“Strategi tersebut terbukti efektif dengan melihat penurunan jumlah kasus dari Juli hingga Oktober 2021, dari tiga ratus ribu kasus menjadi hanya dua puluh ribu kasus,” ujarnya.
Latar belakang tersebut mendorong Indonesia mengangkat tema tahun ini ‘Penguatan Kemitraan dan Inovasi Penanggulangan Bencana di ASEAN.’ Hal tersebut tidak terlepas dari konteks penanggulangan bencana masih menjadi agenda bersama di kawasan regional ASEAN. Indonesia mendukung Sekretariat ASEAN untuk memperkuat kemitraan yang ada dan melibatkan mitra potensial baru.
Pada kesempatan itu, Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB juga menyampaikan wujud nyata semboyan ‘One ASEAN One Response,’ kepada negara-negara lain yang membutuhkan bantuan, baik di dalam maupun di luar kawasan. Menurutnya, Indonesia meyakini bahwa pengalaman kerja sama selama ini merupakan ikatan yang kuat dan telah diuji dari waktu ke waktu.
Salah satu contohnya, dukungan Indonesia terhadap masalah Myanmar saat ini. Pada konteks tersebut, Jarwansyah berkesempatan untuk menyampaikan terima kasih kepada AHA Centre dan Sekretariat ASEAN, khususnya atas bantuan kemanusiaan yang diberikan kepada masyakarat Myanmar.
Di akhir pernyataan, BNPB sebagai focal point penanggulangan bencana di Indonesia mengundang negara-negara ASEAN untuk berpartisipasi dalam Platform Global Pengurangan Risiko Bencana 2022 yang akan diselenggarakan Indonesia dan Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) di Bali pada 23-28 Mei 2022.
Jarwansyah mengatakan, pertemuan tersebut merupakan kesempatan besar untuk mengingatkan dan mengajak seluruh negara ASEAN dalam memperkuat kemitraan dan inovasi dengan aktor-aktor terkait. ASEAN merupakan pemain global dalam penanggulangan bencana dan ini harus dibuktikan kepada komunitas internasional sehingga mereka dapat melihat dan belajar dari apa yang telah dicapai ASEAN.
Pertemuan ini merupakan rangkaian dari pertemuan negara-negara ASEAN yang diselenggarakan pada 11-14 Oktober 2021. Sebelum pertemuan ini, beberapa pertemuan yang juga didukung oleh Kementerian Luar Negeri serta kementerian dan lembaga terkait antara lain 39th Meeting of ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM), the 2nd ACDM Plus China Meeting, the 2nd ACDM Plus Japan Meeting, the 1st ACDM Plus Korea Meeting, dan the 16th Joint Task Force on Humanitarian Assistance and Disaster Relief (JTF-HADR).