REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA -- Sebanyak dua desa di Kecamatan Kedung dan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengalami abrasi sekitar 1-1,5 meter per tahun.
"Dari total 82,5 kilometer panjang pantai yang ada di Kabupaten Jepara, ancaman abrasi untuk saat ini hanya di Desa Tanggultlare (Kecamatan Kedung) dan Desa Bandungharjo (Kecamatan Donorojo)," kata Pelaksana Tugas Asisten II Sekda Jepara Wasiyanto.
Ia mengungkapkan abrasi paling parah terjadi di Desa Tanggultlare karena mengakibatkan hilangnya perkampungan warga sehingga mereka harus pindah ke daerah aman, sedangkan di Desa Bandungharjo sebatas mengurangi lahan milik warga.
Untuk penanganannya, kata dia, perlu mempelajari kondisi hidrologi setempat terlebih dahulu, karena pengalaman di Desa Tanggultlare ketika titik tertentu ditangani abrasinya justru pindah ke lokasi lain.
Meskipun demikian, adanya program penanaman bibit tanaman mangrove perlu diapresiasi karena bisa mencegah terjadinya abrasi, terutama saat musim hujan maupun ketika terjadi ombak besar.
"Hal terpenting, penanganan setelah ditanam harus benar-benar dirawat jangan sampai terkenal ombak. Jika terkenal ombak, tanamannya juga akan hilang sehingga nantinya tidak tumbuh," ujarnya.
Kapolres Jepara AKBP Warsono menargetkan hingga Desember 2021 pihaknya bisa menanam 70 ribu bibit mangrove dengan menggandeng berbagai pihak terkait.
"Kami minta dukungan berbagai elemen masyarakat untuk menyukseskan penghijauan tanaman mangrove di pesisir pantai di Kabupaten Jepara," ujarnya.
Dengan adanya penghijauan melalui program "Mageri Segoro" yang diinisiasi Polda Jateng, diharapkan bisa mencegah terjadinya bencana maupun kerusakan alam di pesisir Pantai Jepara. Tak hanya di Pantai Tanggultlare, nantinya pohon mangrove juga akan ditanam di lokasi lainnya.