REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyebutkan pernikahan dini dan bekerja di luar negeri, menjadi salah satu faktor tingginya angka stunting atau gagal tumbu pada balita di daerah tersebut. Stunting di Indramayu menjadi salah satu yang tertinggi di Jawa Barat, di mana data terakhir dari 125 ribu anak, 41 ribu di antaranya mengalami stunting.
"Banyaknya pernikahan dini terutama pada remaja putri di Kabupaten Indramayu juga menjadi penyebab tingginya stunting," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Boni Koswara, di Indramayu, Selasa (12/10).
Deden mengatakan, stunting di Kabupaten Indramayu, menjadi salah satu yang tertinggi di Jawa Barat, di mana data terakhir dari 125 ribu anak, 41 ribu di antaranya mengalami stunting. Menurut dia, banyak faktor yang menjadikan anak itu mengalami stunting, di antaranya pernikahan dini, karena pada usia di bawah 16 tahun, banyak yang belum mengetahui secara tepat untuk merawat kehamilannya. Faktor lainnya yaitu, banyak anak yang harus berganti asuhan karena orang tuanya pergi merantau ke luar negeri sehingga gizi yang seharusnya tercukupi tidak bisa didapatkan.
"Kemungkinan lainnya, karena pemberian makanan pada bayi dan anak yang juga kurang baik, karena mereka ibu di Indramayu banyak pergi jadi pekerja migran," kata dia.
Deden mengatakan untuk di Kabupaten Indramayu, ada beberapa kecamatan yang angka stunting-nya tinggi, seperti Kecamatan Gabuswetan, Kandanghaur, dan Kertasemaya."Yang tinggi itu ada di Kecamatan Gabuswetan, Kandanghaur dan juga di Kertasemaya," ujarnya.
Menurut dia, stunting ini bisa berdampak pada tidak maksimalnya perkembangan sel saraf anak. Alhasil kualitas SDM si anak kurang baik perkembangan.