REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jabar, Atalia Praratya Kamil menyampaikan, salah satu tantangan UMKM adalah belum banyak UMKM yang bergabung dengan ekosistem digital.
Dari 64,19 juta UMKM Indonesia, kata Atalia, baru 13 persen yang terhubung dengan pasar daring. Per Juli 2020, jumlahnya baru mencapai 9,4 juta UMKM. Untuk Jabar, menurut Atalia, jumlahnya sudah lebih baik, mencapai 20,64 persen.
GeTI Indonesia menyebutkan, digital ritel Indonesia masih sederhana, baru pada tahan 1.0. "Masih rendah, sehingga masih harus terus didorong," kata Atalia dalam Peluncuran Tokopedia Festival Fashion Lokal Jawa Barat melalui YouTube, Senin (10/11).
Tantangan besar kedua, kata dia, infrastruktur internet yang belum merata. Data Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyebutkan, dari 83 ribu desa di seluruh Indonesia, baru 15 persen yang memiliki akses internet layak.
"Ini menjadi salah satu tantangan besar untuk mendorong digitalisasi UMKM di Indonesia, termasuk di Jabar," katanya.
Di Jabar pun, kata Atalia, masih ada sejumlah daerah yang belum memiliki akses internet layak. Contohnya di Cianjur Selatan. Masih ada daerah yang bahkan belum bisa diakses kendaraan bermotor, sehingga infrastruktur internet pun belum sampai.
"Tantangan selanjutnya adalah masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa transaksi digital itu ribet," ungkap Atalia.
Atalia pun mendorong agar UMKM Jabar segera mengadopsi pemasaran digital. Salah satunya dengan memanfaatkan marketplace dan media sosial. Karena, sebanyak 61,8 persen dari total 274,9 juta penduduk Indonesia adalah pengguna media sosial.
"Orang senang main medsos, bisa sampai tiga jam per hari. Maksimalkan potensi ini. Digitaliasasi akan mempermudah promosi," ujarnya.