REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pengumuman hasil seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) membawa berkah bagi Megawati (44 tahun), guru honorer di SMA Negeri 1 Makassar pada Jumat (8/10). Guru Bahasa Jepang tersebut lulus pada seleksi PPPK setelah beberapa kali ikut seleksi CPNS selalu gagal.
“Alhamdulillah lulus. Penurunan passing grade seleksi PPPK sangat menolong, sangat membantu sekali,” kata Megawati saat dihubungi Republika.co.id di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (8/10).
Ibu dua anak tersebut mengaku bersyukur adanya penurunan passing grade dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, sehingga ia dan tiga rekannya satu mengajar di SMAN 1 Makassar lulus. Menurut dia, kalau masih menggunakan passing grade sebelumnya 225, ia tidak lulus karena dirinya hanya mampu 200 pada seleksi PPPK tersebut.
“Tadinya passing grade 225, saya dapat 200, temannya malah di bawah saya. Setelah turun menjadi 175 saya dan temannya lulus,” tutur Megawati, yang telah mengabdi sebagai guru honorer di SMAN 1 Makassar selama 14 tahun.
Lulusan Universitas Negeri Manado jurusan Bahasa Jepang tersebut berdasarkan seleksi PPPK dengan penempatan sesuai dengan akun-nya di SMK Negeri 5 Makassar. Padahal, ia berharap dapat terus mengabdikan dirinya mengajar di SMAN 1 Makassar.
“Karena sudah sesuai dengan akun-nya, saya terima, walaupun saya sudah lama mengajar di SMA Negeri 1 Makassar,” ujar ibu dua anak tersebut.
Berdasarkan pengalamannya mengikuti seleksi PPPK untuk pertama kalinya tahap 1, Megawati merasakan soal-soal atau materi yang diujikan khususnya masalah teknis (kejuruan) sangat sulit dengan waktu yang singkat. Menurut dia, kalau materi teknis seperti Bahasa Jepang jelas harus dibaca dan menggunakan waktu lama, apalagi abjadnya berbeda.
“Semua peserta (PPPM) kesulitan di materi soal-soal teknis. Tapi, kalau materi soal-soal nonteknis seperti sosial, manajerial, dan lainnya aman-aman saja,” jelasnya.
Pada SMA Negeri 1 Makassar terdapat sembilan guru honorer dari berbagai mata pelajaran yang mengikuti seleksi PPPK tahap I tahun 2021. “Yang lulus empat orang, lima orang tidak lulus. Guru Bahasa Jepang lulus dua orang,” katanya.
Megawati telah menjalani sebagai guru honorer tahun 2007 setelah ia lulus dari Diploma III Universitas Hasanuddin (Makassar). Setelah itu, ia melanjutkan studi Bahasa Jepangnya untuk strata sarjana di Universitas Negeri Manado.
Selama menjadi guru honorer, ia menceritakan mendapat honorarium berdasarkan jam pelajaran. Semula honorarium yang diterima Rp 10 ribu per jam, sekarang sudah naik RP 15 ribu per jam. Uang yang diterima guru honorer tidak menentu karena diambil dari dana BOS. “Kadang diterima tiga bulan, empat bulan, tidak tentu. Ya, dirapel,” ujarnya.