Kamis 07 Oct 2021 22:49 WIB

BPOM Susun Policy Brief Risiko BPA dalam AMDK

Pengkajian dilakukan dengan menguji kandungan BPA dalam AMDK

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Air minum kemasan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah menyusun kebijakan terkait ancaman bahaya senyawa Bisphenol A (BPA) pada kemasan makanan dan minuman, khususnya air minum dalam kemasan (AMDK).

Sementara itu, Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Aru Wicaksono Sudoyo mengemukakan, BPA sangat dicurigai berpotensi memberikan kontribusi pada perkembangan kanker dalam tubuh manusia.

Dengan demikian, menjadi penting untuk memperhatikan apa yang masuk ke dalam tubuh. Aru Wicaksono pun mengajak berbagai pihak untuk menyadarkan masyarakat melek informasi mengenai bahaya kesehatannya. 

“Tugas kita adalah menyadarkan dan mengedukasi masyarakat,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan, Komnas PA sangat memperhatikan perlindungan anak-anak dari bahaya penggunaan bahan kimia BPA bagi kesehatan anak-anak. 

“Dan saat ini masih banyak masyarakat yang belum paham terkait dengan produk-produk plastik dan dampaknya bagi kesehatan," kata Arist.

Pihaknya meminta agar pemerintah selaku regulator segera membuat aturan yang tegas untuk pelabelan produk free BPA. Di mana, pihaknya meminta agar BPOM dan Kementerian Kesehatan membuat aturan yang jelas, terkait informasi BPA ini dalam sebuah produk.

"Urgensi pelarangan BPA di Indonesia sudah sangat mendesak. Hasil eksekusi kami terhadap berbagai penelitian di lapangan, regulator diperlukan kehadirannya dalam mengontrol produk plastik berbahan kimia berbahaya," ujarnya.

Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB, Arzeti Bilbina lantang menyuarakan perlindungan kesehatan anak dari bahaya Bisphenol-A (BPA) dalam makanan dan minuman kemasan plastik. 

Menurut Arzeti, BPA berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. 

"Kita sering lupa apakah barang yang ada di rumah kita terbebas dari kode plastik dengan lingkaran segitiga ada tulisan 7-nya atau tidak. Di sini kan kita perempuan, termasuk saya sering lupa," ujar Arzetti.

 

Pihaknya meminta pemerintah harus ikut campur tangan untuk menjaga masa depan anak-anak menjadi anak-anak yang sehat, anak-anak yang cerdas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement