REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Aqsa Working Group (AWG) Forum menggelar webinar Dialog Lintas Agama Internasional bertajuk 'Peran Tokoh Agama Untuk Mengakhiri Penjajahan dan Menjaga Tempat Suci di Yerusalem' pada Senin (4/10) secara daring.
Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG) M. Anshorullah mengatakan, AWG Forum menjadi program rutin yang digelar AWG sebagai sarana informasi dan edukasi umat untuk sadar dan peduli terhadap perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan penghentian penjajahan di Palestina.
Kegiatan webinar internasional ini menghadirkan narasumber Imam Yakhsyallah Mansur (Pembina AWG), Dr Mahmoud Al-Habbash (Hakim Agung & Penasihat Presiden Palestina untuk Hubungan Antar Agama) sebagai pembicara kunci, Uskup Athallah Hanna (Uskup Agung Yerusalem), Romo Prof. Franz Magnis Suseno (Rohaniawan Katolik & Budayawan Nasional), dan Dr Menachem Ali MA (Filolog dan Ahli Perbandingan Agama Universitas Airlangga).
"Sejarah mencatat agresi Israel ke wilayah Palestina dan tempat-tempat disucikan tidak pernah berhenti sejak negara zionis itu menduduki wilayah tersebut. Konflik antara Palestina-Israel ibarat gunung es dari ketegangan di Timur Tengah. Setiap pergolakan di wilayah ini melahirkan dampak yang menyita perhatian dunia," jelas Anshorullah, Senin (4/10).
Dalam aspek teologis, dia menuturkan, kedudukan Yerusalem dalam pandangan agama-agama semitik pada aspek historis menjadi potret kehidupan yang memiliki peradaban penting bagi agama- agama semitik tersebut. Peperangan hingga menuju perdamaian. Kota Yerusalem bagi agama-agama semitik sangatlah penting.
Bagi Islam Kota Yerusalem adalah kiblat pertama yaitu tempat peristiwa Isra Mi'raj dari Masjid Al-Aqsa menuju Sidratul Muntaha, turunnya syariat shalat, lahirnya nabi-nabi sebelum nabi Muhammad SAW. Bagi Katolik dan Kristen Kota Yerusalem tanah kelahiran dan wafatnya Yesus Kristus. Dalam aspek teologis ini setiap agam semitik memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan.
Gerakan zionisme yang telah mewujud menjadi sebuah negara bernama Israel memiliki orientasi teologi sendiri yang berbeda dengan yahudi lainnya, gerakan zionisme yang dipropagandakan oleh Theodor Herzl mengajak diaspora yahudi untuk ke tanah Palestina sebagaimana yang dimaksudkan Yahweh dan Torah.
Meski yahudi ortodoks menolak gagasan zionisme, karena penyatuan yahudi pada suatu wilayah adalah tanda kehancuran yahudi itu sendiri. Yahudi adalah sebuah anugerah ilahi, bukan sebuah malapetaka.
Nasionalisme Yahudi dapat menimbulkan semacam pemberhalaan di mana bangsa menggantikan tempat Yahweh. Sekelompok anti-Zionisme seperti Rabbi Mordecci Atiyah, menganggap holocaust sebagai hukuman kolektif atas dosa-dosa kolektif Zionisme. Holocaust dianggap sebagai penebusan dosa kolektif kaum Zionis yang mencita-citakan tanah yang dijanjikan di Palestina.
Aqsa Working Group menilai pentingnya menghadirkan kembali bagaimana aspek teologis dalam memuliakan tanah Palestina sebagai upaya menghalau upaya zionisme Israel yang kian hari makin menjajah tanah suci dan memerangi agama.
Aqsa Working Group (AWG) yang didirikan pada tahun 2008, merupakan lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina.