REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Jawa Timur, Mohammad Supriyadi mengatakan, fenomena digitalisasi di era globalisasi berdampak positif terhadap dunia bisnis. Sejak awal industrialisasi pada abad ke-19, menurut dia, digitalisasi telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, Ketua Ikatan Alumni Universitas Widyagama Malang (IKAWIGA) ini mengaku banyak juga masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena kemajuan teknologi di era digital ini. "Digitalisasi meningkatkan kesejahteraan, juga menghapus dan menciptakan banyak pekerjaan," ujar Supriyadi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (2/10).
Ia pun mencontohkan beberapa negara yang sudah banyak mengalami perubahan akibat digitalisasi. Menurut dia, digitalisasi telah mentransformasi pasar Sumber Daya Manusia (SDM). "Di Jepang, 21 persen pekerjaan berisiko diotomatisasi, dibandingkan dengan 30 persen pekerjaan Inggris, 38 persen pekerjaan AS, dan 35 persen pekerjaan Jerman," ujar Supriyadi.
Lebih lanjut, Supriyadi juga bercerita tentang keberadaan karyawan Jepang yang saat ini melakukan tugas manual lebih sedikit dibandingkan dengan karyawan di negara lain. "Di Jepang, kepadatan robot termasuk yang tertinggi di dunia, menunjukkan bahwa pekerja mungkin sudah melakukan tugas yang relatif lebih sedikit yang rentan untuk diotomatisasi," katanya.
Untuk meningkatkan kemajuan teknologi, menurut dia, sekarang membutuhkan yang lebih dari beberapa keterampilan manusia. Namun, untuk menjalankannya mesin dapat lebih cepat dan konsisten.
Misalnya, kata dia, sebuah perusahaan asuransi Jepang baru-baru ini mengganti 30 perwakilan klaim asuransi kesehatannya dengan sistem AI berdasarkan IBM Watson Explore. "Perangkat lunak ini dapat menganalisis dan menafsirkan data lebih cepat daripada yang dapat dilakukan manusia, dan dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menghitung pembayaran," jelas Supriyadi.