Sabtu 02 Oct 2021 06:26 WIB

'Transportasi Laut di Indonesia Banyak, tapi Pelaut Sedikit'

Personel kapal di Indonesia justru masih didominasi oleh pelaut asing.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Agus Yulianto
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono berpidato pada peresmian renovasi gedung Laut Koral Akademi Maritim Nasional Jakarta Raya (Aman Jaya) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (1/10/2021). Renovasi pembangunan kampus Gedung Laut Koral Aman Jaya untuk meningkatkan sarana serta prasarana pendidikan tinggi berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Kelautan/Kemaritiman dan pembukaan prodi baru D4 Transportasi Laut.
Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono berpidato pada peresmian renovasi gedung Laut Koral Akademi Maritim Nasional Jakarta Raya (Aman Jaya) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (1/10/2021). Renovasi pembangunan kampus Gedung Laut Koral Aman Jaya untuk meningkatkan sarana serta prasarana pendidikan tinggi berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Kelautan/Kemaritiman dan pembukaan prodi baru D4 Transportasi Laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, jenis transportasi laut di Indonesia sangat banyak, baik kapal niaga, kapal swasta, kapal tanker, hingga kapal tongkang. Namun, menurut dia, jumlah sumber daya manusia (SDM) atau pelaut dalam negeri untuk mengawaki kapal-kapal tersebut masih sedikit.

"Saya lihat masih minim kebutuhan personel kapal-kapal tersebut, masih minim ya," kata Yudo di Akademi Maritim Nasional Jakarta Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (1/10).

Selain itu, dia menuturkan, personel kapal di Indonesia justru masih didominasi oleh pelaut asing atau dari luar negeri. Padahal, dia menyebut, banyak sekali sekolah pelayaran di Tanah Air.

Lebih lanjut Yudo menjelaskan, kondisi ini pun tidak seimbang dengan banyaknya jumlah kapal-kapal swasta maupun niaga yang beroperasi setiap hari di Perairan Indonesia. Dia mengungkapkan, jumlah kapal yang melintas di Selat Malaka saja berkisar 600 hingga 700 kapal setiap harinya.

"Belum yang di ALKI 1, 2, 3. Artinya, negara kita ini menjadi lintasan dari kapal-kapal, baik kapal asing maupun tol laut yang dibuat Pak Jokowi," ungkap dia.

Mantan Pangkogabwilhan I ini pun menilai, kurangnya pelaut di Indonesia tersebut perlu menjadi bahan evaluasi bersama seluruh pihak. "Apakah SDM-nya atau karakter kita yang mungkin belum tahu bagaimana berkehidupan di laut sebagai pengawak kapal tersebut," ujarnya.

Di samping itu, Yudo mendorong perlunya peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia yang berorientasi maritim. Tujuannya, agar mampu melahirkan pelaut-pelaut dalam negeri yang andal.

"Sehingga diharapkan ini membutuhkan pelaut-pelaut yang mampu bersaing. Karena tidak mudah menjadi pelaut," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement