Kamis 23 Sep 2021 19:51 WIB

Klaster Baru Sekolah, Wiku: Pelajaran bagi Daerah Lain

Sekolah diminta melaksanakan PTM terbatas mengutamakan keselamatan siswa dan guru

Rep: fauziah mursid/ Red: Hiru Muhammad
Siswa melewati bilik penyemprotan disinfektan sebelum memasuki kelas saat pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SDN Burengan 2, Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (13/9/2021). Sejumlah sekolah jenjang pendidikan SD, SMP, hingga SMA di daerah tersebut mulai menyelenggarakan PTMT yang diikuti maksimal 50 persen siswa dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Siswa melewati bilik penyemprotan disinfektan sebelum memasuki kelas saat pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SDN Burengan 2, Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (13/9/2021). Sejumlah sekolah jenjang pendidikan SD, SMP, hingga SMA di daerah tersebut mulai menyelenggarakan PTMT yang diikuti maksimal 50 persen siswa dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta daerah mengantisipasi terjadinya klaster baru penularan Covid-19 di sekolah pascadibukanya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. 

Berdasarkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) per 23 September, persentase sekolah yang menimbulkan klaster baru sekitar 2,77 persen dari 47.033 sekolah. "Berbagai kasus positif Covid yang terjadi pada peserta didik di berbagai daerah, harus dijadikan pelajaran penting bagi daerah lain," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring, Kamis (23/9).

Ia meminta agar setiap sekolah melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas secara hati-hati dan selalu mengutamakan kesehatan dan peserta didik dari penularan Covid 19. Sehingga kasus serupa tidak berulang dan PTM dapat dijalankan dengan aman.

Selain itu, ia juga meminta sekolah juga memperhatikan juga peluang penularan di rumah, perjalanan maupun saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. "Pastikan siswa dan tenaga pengajar secara disiplin mematuhi protokol kesehatan," ungkapnya.

Wiku mengatakan perkembangan kasus di setiap sekolah juga dapat dipantau melalui dashboard yang disiapkan Kemendikbudristek. Sehingga pemerintah daerah maupun masyarakat dapat terus memonitor kasus Covid-19 yang terjadi di sekolah secara aktual.

Ia mengingatkan, sekecil apapun angka kasus yang terjadi di sekolah harus ditindaklanjuti agar tidak memperluas penularan. "Karena itu, jika ada kasus positif maka segera lakukan penutupan sekolah untuk segera dilakukan disinfeksi, pelacakan dan testing kontak erat," ujarnya.

Selain itu, jika ada kasus, ia juga meminta sekolah melakukan evaluasi penerapan pembatasan khususnya terkait penerapan protokol kesehatan, seperti screening kesehatan, pengaturan kapasitas dan jarak antar orang.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement