Kamis 16 Sep 2021 04:26 WIB

Saran Pakar Iklim untuk Antisipasi Bencana Saat Hujan Lebat

BMKG memperingatkan ada potensi hujan lebat selama 13-20 September.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Banjir
Foto: MGIT3
Ilustrasi Banjir

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- BMKG memperkirakan terjadinya potensi hujan lebat disertai petir atau angin kencang di 27 provinsi Indonesia selama periode 13-20 September 2021. Pakar klimatologi UGM, Dr Emilya Nurjani mengatakan, ada dua mitigasi yang bisa diambil.

Keduanya adalah mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi struktural menjadi langkah pengurangan resiko bencana melalui rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Antara lain membersihkan sampah yang ada di selokan, sungai maupun tubuh airnya.

Baca Juga

Langkah itu untuk meningkatkan volume tangkapan sungai saat hujan, memperbaiki tanggul beton atau alam sungai agar debit sungai tidak meluap. Perbaiki pintu air bendung untuk pengaliran ke irigasi dan perkuat zona perakaran tanaman di tebing bukit.

"Juga membangun tebing tembok untuk mengurangi bahaya longsor di lereng-lereng yang berpotensi longsor," kata Emilya, Rabu (15/9).

Sedangkan, mitigasi non struktural dengan kebijakan tertentu bisa dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat bersama-sama terkait potensi bencana. Pemberdayaan warga sebagai relawan, regulasi dan peraturan untuk mitigasi dan adaptasi bencana.

Langkah yang harus disiapkan guna mengantisipasi salah satunya regulasi menyangkut tugas yang harus dilakukan dan di mana, termasuk pendanaan. Sosialisasi warga yang memiliki potensi terdampak dan tidak agar lebih peduli mitigasi maupun adaptasi.

"Pemerintah perlu membangun teknologi untuk mitigasi dan adaptasi karena dengan peningkatan kapasitas, maka resiko bencana akan berkurang," ujar Emilya.

Dosen Fakultas Geografi ini menekankan, untuk masyarakat bisa menerapkan teknologi rainwater harvesting atau menampung air hujan yang jatuh di atap lewat talang dan ditampung dalam penampungan air hujan. Itu bisa dimanfaatkan untuk simpanan air.

Bisa pula masukkan ke sumur resapan untuk pengisian air tanah, mencuci, mandi dan untuk kolam. Itu bisa ditempuh untuk kurangi air hujan yang terbuang menjadi air larian yang bisa jadi genangan. Bisa pula dengan menebang cabang pohon tinggi.

Lalu, memangkas ujung-ujung pohon untuk mengantisipasi bencana angin kencang yang mungkin terjadi saat hujan lebat. Selain itu, ia menilai, masyarakat di daerah pedesaan juga bisa membuat sumur resapan bersama (biopori) atau membersihkannya.

"Sehingga, tebal air hujan yang ditampung bisa lebih banyak," kata Emilya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement