REPUBLIKA.CO.ID, BATOLA--Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor meninjau pembangunan Jembatan Sungai Alalak yang sudah memasuki tahap akhir, Batola, (Senin 13/9) siang.
Turut mendampingi Gubernur Sahbirin, sejumlah pejabat daerah antara lain, Ketua DPRD Kalsel H Supian HK, Kepala BPJN Kalimantan Selatan Syauqi Kamal, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Roy Rizali Anwar.
Gubernur H Sahbirin Noor atas nama masyarakat mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas bantuan pembangunan jembatan berarsitektur lengkung baja itu. Terkait arsitektur yang megah itu, gubernur atas nama masyarakat mengaku bangga dengan dibangunnya jembatan lengkung dengan Konstruksi cable stayed pertama di Indonesia.
Paman Birin sapaan akrabnya menyebut, Jembatan Sungai Alalak mengandung filosofi masyarakat banua yang religius. Hal itu ditandai dengan bentang tengah jembatan seperti sedang menadahkan tangan atau berdoa. "Bangga sekali sebagai rakyat kalsel, apalagi ada filosofi yang luar biasa. seperti sedang berdoa karena kita tau masyarakat kita religius, jadi membangun dengan hati," ucap Paman Birin.
Gubernur Kalsel berharap jembatan Sungai Alalak yang akan menjadi ikon baru Kalsel dapat diresmikan Presiden Joko Widodo. "Insya Allah akan diresmikan Presiden, kemarin sempat ngobrol sama kita, Pak Gub saya akan ke Kalsel, nanti akan saya telpon Pak Gub, mudah mudahan salah satu agenda Bapak Presiden nanti di sini untuk meresmikanya," katanya.
Sementara itu, Kepala BPJN Kalimantan Syauqi Kamal mengatakan, progres pembangunan Jembatan Sungai Alalak sudah mencapai 99 persen tinggal pekerjaan finishing.
Menurut Syauqi, pihaknya tengah menunggu terbitnya sertifikat keamanan dan kelaikan jembatan yang akan dikeluarkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. "Bulan lalu sudah uji coba dan dinyatakan laik, saat ini masih proses penerbitan sertifikat kelaikan jembatan nanti akan dkeluarkan oleh Pak Menteri," katanya.
Menurutnya, Jembatan Sei Alalak dibangun untuk menggantikan Jembatan Kayu Tangi 1 yang telah berusia sekitar 30 tahun dan menjadi jalur utama akses Kota Banjarmasin dengan berbagai wilayah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Penggantian jembatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas jaringan jalan di Provinsi Kalimantan Selatan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.