REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, diplomasi Indonesia terus bergerak selama beberapa bulan terakhir untuk membuka akses dan merajut kerja sama dengan sejumlah negara. Hal itu demi mencukupi kebutuhan vaksin bagi masyarakat.
Selain itu, pada 11 September 2021 dukungan vaksin sebanyak 500 ribu dosis vaksin Janssen dari Belanda juga tiba. Selain dukungan negara-negara sahabat, Indonesia juga terus melakukan pembelian vaksin untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Retno memaparkan, saat ini Indonesia memiliki enam jenis vaksin yang memperoleh izin penggunaan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini tidak terlepas dari usaha yang terus dilakukan Indonesia untuk mendapatkan akses terhadap vaksin.
Menurut Retno, saat ini permintaan terhadap vaksin dari negara-negara di dunia sangat tinggi, sedangkan pasokan yang tersedia sangat terbatas. Karenanya, ia melihat, tidak mudah bagi Indonesia memperoleh vaksin dalam jumlah dibutuhkan.
"Sangat tidak mudah mencari vaksin. Sampai saat ini, jumlah pasokan vaksin dunia dengan permintaannya tidak sebanding," kata Retno di Grha Sabha Pramana UGM, Sabtu (11/9).
Selain itu, ada hambatan lain kebijakan sejumlah negara yang menghambat ekspor vaksin ke luar negeri. Hal ini mengakibatkan terjadi kesenjangan dalam perolehan vaksin antara negara-negara berpenghasilan tinggi dengan berpenghasilan rendah.
"Saat ini, di seluruh dunia 5,5 miliar dosis vaksin telah disuntikkan, tapi 80 persen dari jumlah tersebut dimiliki negara berpenghasilan tinggi," ujar Retno.
Indonesia telah melampaui target vaksinasi WHO karena 34 persen populasi yang jadi target menerima vaksin dosis pertama dan hampir 20 persen mendapat dosis kedua. Indonesia negara keempat terbesar di Asia setelah Cina, India dan Jepang.
Meski begitu, ia mengingatkan, walaupun capaian sudah baik kerja keras masih terus dilakukan agar bisa mengakselerasi vaksinasi untuk mencapai target populasi yang telah ditetapkan. Karenanya, Retno meminta masyarakat harus tetap berhati-hati.
"Negara yang sudah berbulan-bulan bebas covid juga bisa mengalami penyebaran kembali di negaranya," kata Retno.