REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) meluncurkan Gotong Royong Atasi Susut dan Limbah Pangan (GRASP) 2030. "Ini adalah inisiatif berbasis voluntary agreement, di mana semua pihak bergabung secara sukarela untuk bertindak bersama karena urgensi isu food loss and waste," ujar Presiden IBCSD, Shinta Kamdani, seperti dinukil dari Antara, Sabtu (11/9).
Hal ini, kata dia, merupakan wujud komitmen sektor swasta untuk mewujudkan rantai pangan yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada P4G yang mendanai program ini sehingga GRASP 2030 ini dapat dimulai," ucapnya.
GRASP 2030, kata dia, tidak hanya akan menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi masalah sampah dan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.
Selain itu, hal tersebut juga disebutnya suatu inisiatif yang mendorong para pemangku kepentingan di seluruh rantai sistem pangan untuk berkolaborasi dalam menyusun solus. Tujuannya, guna mengurangi susut dan limbah pangan.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Arifin Rudiyanto menyampaikan sejak Indonesia menjadi anggota pada September 2019, Partnering for Green Growth and Global Goals 2030 (P4G), Bappenas bersama-sama dengan Shinta Kamdani dari IBCSD, dan Tri Mumpuni sebagai co-chair Indonesia P4G National Platform mendukung sejumlah kemitraan di Indonesia.
Aksi Gotong Royong Atasi Susut dan Limbah Pangan 2030 adalah inisiatif tindak lanjut dari Halving Food Loss and Waste by Leveraging Economic Systems (Flawless) yang didukung oleh P4G sebagai wadah bagi pihak swasta untuk kegiatan-kegiatan terkait food loss and waste.