Jumat 10 Sep 2021 19:28 WIB

Hasil Sekuensing Tunjukkan Varian Mu Belum Ditemukan di RI

Satgas ingatkan ancaman mutasi Covid-19 tidak hanya dari luar negeri.

Ilustrasi virus corona. Mutasi virus corona terbaru yang sedang diwaspadai adalah varian Mu.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona. Mutasi virus corona terbaru yang sedang diwaspadai adalah varian Mu.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Fauziah Mursid

Ancaman gelombang ketiga Covid-19 muncul dari mutasi baru SARS-CoV-2 alias varian Mu atau B.1621. Namun berdasarkan hasil skrining Kementerian Kesehatan, varian Mu belum ditemukan di Tanah Air.  

Baca Juga

Pemerintah sudah melakukan sekuensing terhadap 5.835 sampel. Hasilnya, justru varian Delta yang mendominasi dan tidak ada varian Mu ditemukan.

"Sampai saat ini tidak kurang dari 5.835 hasil sekuensing sudah kita laporkan, sebanyak 2.300 di antaranya adalah varian Delta yang ditemukan di 33 provinsi," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi saat konferensi pers, Jumat (10/9). Nadia mengatakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI bersama sejumlah laboratorium perguruan tinggi di Indonesia terus memantau semua varian yang muncul sesuai dengan panduan WHO terkait pengelompokan mutasi berdasarkan Variant of Concern (VoC) maupun Variant of Interest (VoI).

VoC merujuk pada varian yang dianggap lebih mengancam dalam hal penularan atau mematikan serta lebih resisten terhadap vaksin maupun pengobatan. Sementara VoI merujuk pada varian yang harus diteliti lebih lanjut agar karakteristiknya dipahami.

Nadia mengatakan sejumlah varian virus yang kini masuk dalam kriteria VoI bersama Mu. Yaitu di antaranya Eta (B.1.525) yang terdeteksi pertama kali di beberapa negara sejak Desember 2020, Lota (B.1.526) terdeteksi pertama kali di Amerika Serikat pada November 2020, Kappa (B.1617.1) terdeteksi pertama kali di India Oktober 2020, Lambda (C.37) terdeteksi pertama kali di Peru pada Desember 2020.

Sedangkan varian virus yang masuk dalam kriteria VoC di antaranya Alpha (B.117) terdeteksi pertama kali di Inggris September 2020, Beta (B.1.351, B.1.351.2, B.1.351.3) terdeteksi pertama kali di Afrika Selatan Mei 2020, Gamma (P.1, P1.1, P.1.2) terdeteksi pertama kali di Brasil November 2020 dan Delta (B.1617.2, AY.1, AY.2, AY.3) terdeteksi pertama kali di India pada Oktober 2020.

"Termasuk juga varian lokal yang muncul di Indonesia. Kami juga melakukan pemantauan terhadap varian Mu yang saat ini menyebar di 46 negara. Saat ini belum terdeteksi di Indonesia," katanya.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan virus Covid-19 akan terus bermutasi selama virus masih beredar di masyarakat. Karena itu, ancaman varian baru virus Covid-19 tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam negeri.

"Selama virus masih ada dan beredar di masyarakat, ancaman varian baru tidak hanya berasal dari luar Indonesia, namun dapat pula terbentuk di dalam negara kita," ujar Wiku dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (10/9).

Karena itu, Wiku mengatakan, Pemerintah akan berupaya menekan angka kasus Covid-19 di Tanah Air untuk mencegah penularan Covid-19 dan mutasi dari virusnya. Sebab, semakin rendah penularan Covid-19, akan semakin kecil pula kemungkinan virus mengalami perubahan menjadi varian baru.

"Mayoritas hanya mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan terhadap karakteristik virus, namun beberapa diantaranya mempengaruhi karakteristik dari virus tersebut," ujar Wiku. Wiku menambahkan, dalam proses perubahan karakteristik itu, banyak yang justru merugikan virus dan membuatnya tidak mampu bertahan. Namun terdapat pula kemungkinan sebagian kecil perubahan yang menguntungkan bagi virus.

Sehingga karakteristik virus dapat berubah ke arah yang berisiko. "Misalnya, kemudahan virus menyebar, pengaruhnya terhadap keparahan gejala yang ditimbulkan, ataupun pengaruhnya terhadap vaksin, obat-obatan, metode terapi, alat diagnostik dan intervensi pencegahan lainnya," ujar Wiku.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan semakin rendah penularan kasus Covid-19 akan semakin kecil virus mengalami perubahan menjadi varian baru. Karena itu, salah satu upaya Pemerintah untuk mencegah munculnya varian baru, dengan menekan angka kasus Covid-19.

"Semakin rendah penularan yang terjadi, semakin kecil pula kemungkinan virus mengalami perubahan perubahan menjadi varian baru," ujar Wiku dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (10/9).

Wiku mengatakan, jika penularan kasus rendah, maka mayoritas virus hanya mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan terhadap karakteristik virus. Namun, beberapa diantaranya mempengaruhi karakteristik dari virus tersebut.

Ia menjelaskan, dalam proses perubahan karakteristik itu, banyak yang justru merugikan virus dan membuatnya tidak mampu bertahan.  Namun demikian, terdapat pula kemungkinan sebagian kecil perubahan yang menguntungkan bagi virus.

Sehingga karakteristik virus dapat berubah ke arah yang berisiko. "Misalnya, kemudahan virus menyebar, pengaruhnya terhadap keparahan gejala yang ditimbulkan, ataupun pengaruhnya terhadap vaksin, obat-obatan, metode terapi, alat diagnostik dan intervensi pencegahan lainnya," ujar Wiku.

Wiku mengungkap, per hari ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) membagi jenis varian virus Covid-19 yakni variant of concern (VOC) atau varian yang menjadi perhatian dan variant of interest (VOI) yaitu varian yang diamati.

Ia menjelaskan, varian yang termasuk dalam VOC yakni varian yang sudah terbukti mengalami perubahan karakteristik seperti lebih menular, meningkatkan keparahan gejala menurunkan efektivitas kekebalan tubuh, menurunkan akurasi alat diagnostik atau menurunkan efektivitas obat dan terapi. Yakni varian Alfa, Beta, Gamma dan Delta.

Sedangkan untuk varian yang diamati, per hari ini terdapat lima jenis varian yaitu Eta, Iota, Kappa, lambda dan Mu.

"Varian-varian yang masuk dalam kategori VOI diprediksi dapat mempengaruhi karakteristik virus dilihat dari perubahan genetiknya maupun karena pengaruhnya terhadap transmisi di komunitas, termasuk memunculkan klaster kasus di beberapa negara," ungkapnya.

"Sehingga respons yang tepat dalam menghadapi keberadaan varian VOI ini ialah terus memantau perkembangan informasi dari WHO," ujarnya lagi.

photo
Mutasi Virus Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement