REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengatakan partainya menganut garis nasionalis dan religius. Hal tersebut tertera dalam manifest politik berdirinya partai pada 2001.
"Nasionalis dalam kebangsaan yang kami maksud bukanlah yang tidak mengadopsi nilai-nilai agama yang luhur. Dan kami tidak ingin ada dikotomi pertengkaran antara nasionalis dengan agama," ujar SBY dalam perayaan HUT ke-20 Partai Demokrat, Kamis (9/9).
Partai Demokrat juga tetap menjadikan Pancasila sebagai ideologi. Sebab kelima sila yang berada di dalamnya merupakan prinsip yang sesuai dengan keberagaman masyarakat Indonesia.
"Kalau ditanya, lantas jati diri, garis ideologi ataupun platformnya apa, ya kembali kepada tadi itu. Kami tentu menganut azas Pancasila, karena bagi Demokrat Pancasila lah yang terbaik bagi bangsa kita," ujar SBY.
Di samping itu, ia mengingatkan bahwa rakyat Indonesia menginginkan keadilan yang sejati, termasuk dalam penegakan hukum dan juga keadilan sosial. Kedua, masyarakat menginginkan kesejahteraan dan ekonomi yang semakin baik.
Ketiga, rakyat menginginkan negara yang aman dan damai. Ia mengingatkan keadaan dan situasi Indoensia pasca 1998, kala negara mengalami instabilitas keamanan dan mengalami kerusuhan di banyak daerah.
Terakhir, rakyat menginginkan demokrasi Indonesia yang tegak. Demokrasi yang tak hanya mengedepankan kebebasan dan hak asasi manusia (HAM), tapi juga kembali pada supremasi hukum dan konstitusionalisme.
"Pemilihan umum yang jujur dan adil, kemudian check and balances antara lembaga-lembaga negara. Termasuk check and balances antara negara dengan rakyat, dan banyak sekali nilai-nilai universal demokrasi," ujar Presiden ke-6 Republik Indonesia itu.