Rabu 08 Sep 2021 20:33 WIB

Varian Mu Vs Efikasi Vaksin: Bisakah RI Menangkalnya Datang?

"Varian Delta baru saja kita alami, sekarang sudah ada varian Mu," kata Wamenkes.

Petugas memanggil warga untuk menjalani tes usap PCR di kawasan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Epidemiolog menyarankan pemerintah memperketat pintu-pintu kedatangan internasional di tengah merebaknya varian Mu. (ilustrasi)
Foto:

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono pada Senin (6/9) malam, mengatakan, Covid-19 varian Mu belum terdeteksi di Indonesia. Keyakinan Dante itu berdasarkan hasil dari genome sequencing terhadap 7.000-an orang di seluruh Indonesia dan belum terdeteksi adanya varian Mu.

"Varian Delta baru saja kita alami, sekarang sudah ada varian Mu. Mudah-mudahan ini akan abortif, seperti juga varian Lambda beberapa waktu yang lalu di Peru," ucapnya.

Untuk mencegah masuknya varian Mu ke Indonesia, epidimiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan, salah satu hal perlu dilakukan pengendalian transportasi di simpul-simpul transportasi yang melayani rute-rute internasional. Yakni, di bandara internasional maupun pelabuhan internasional.

"Di setiap pintu masuk perlintasan internasional menutup atau tidak memperbolehkan negara yang terdeteksi adanya varian Mu bisa masuk ke Indonesia," kata Miko saat dihubungi, Selasa (7/9).

Dikonfirmasi, terpisah Guru Besar dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, upaya meminimalisir masuknya varian Mu adalah dengan menjaga border perlintasan internasional.

"Itu adalah cara meminimalkan varian baru masuk ke Indonesia," ujarnya.

Karena, sambung Ari, masyarakat Indonesia masih belum begitu sadar dalam menjalankan protokol kesehatan. Meskipun, saat ini memang kasus Covid-19 di Indonesia cenderung turun, juga tingkat hunian di rumah sakit.

”Tetapi, jangan sampai euforia. Kita harus belajar dari negara lain yang sudah divaksin dan lepas masker, tetapi kasusnya naik kembali,” ucapnya.

Terlebih, masyarakat Indonesia seringkali abai prokes setiap adanya libur panjang. Ia pun mengingatkan agar selalu belajar dari kesalahan strategi penanganan sebelumnya yang melonggarkan aturan. Menurutnya, Indonesia bahkan sudah 'kecolongan' dua kali sehingga masuk varian Alfa dan Delta.

"Ketika ada libur panjang masyarakat tidak konsisten prokes, prinsipnya penyakit ini kan karena droplet, prokes yang ketat," tegasnya.

Sementara, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, varian baru yang terus bermunculan memang sudah diperdiksi sejak awal. Masyarakat, tegas Dicky, tidak boleh abai dalam hal penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas (5M).

"Gelombang ketiga itu menjadi suatu ancaman yang nyata dan besar kalau kita tidak disiplin 3 T dan 5 M dan percepat vaksinasi, strategi setiap varian tidak berubah," ujarnya.

 

photo
Nama baru varian covid-19. - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement