Ahad 05 Sep 2021 15:03 WIB

85,1 Persen Wilayah Indonesia Sedang Musim Kemarau

Di barat dan utara Indonesia justru potensi curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem.

Sejumlah embung tampak mulai menipis airnya akibat kekeringan yang melanda Kota Kupang, NTT.
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Sejumlah embung tampak mulai menipis airnya akibat kekeringan yang melanda Kota Kupang, NTT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa 85,1 persen wilayah Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Dari monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) hingga akhir Agustus 2021, beberapa wilayah di NTB dan NTT mengalami HTH dengan kategori sangat panjang (31-60 hari) dan ekstrem panjang (lebih dari 60 hari).

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad mengemukakan, daerah yang mengalami HTH sangat panjang berada di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sementara itu wilayah yang mengalami HTH ekstrem panjang meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT dengan HTH terpanjang selama 149 hari terjadi di Oepoi, NTT.

Dia menyampaikan, mengacu pada monitoring kejadian HTH dan prediksi peluang hujan kategori rendah, terdapat indikasi adanya potensi kekeringan meteorologis pada beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT dengan status Siaga dan Awas.

"Dampak kekeringan meteorologis biasanya diikuti antara lain berkurangnya persediaan air untuk rumah tangga dan pertanian serta meningkatnya potensi kebakaran semak, hutan, lahan dan perumahan," katanya, Ahad (5/9).

Namun demikian, Urip menyampaikan, masih ada hujan dan beberapa wilayah justru sudah mengawali musim hujan. Di antaranya sebagian Sumatera bagian tengah, sebagian Jawa Tengah, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua bagian timur.

Di bagian barat dan utara Indonesia justru perlu kewaspadaan untuk potensi curah hujan tinggi dan potensi cuaca ekstrem. "Berdasarkan prakiraan peluang curah hujan dasarian (10 harian), terdapat indikasi potensi curah hujan tinggi hingga dua dasarian ke depan dengan status Waspada, Siaga hingga Awas," katanya.

Dia menambahkan, memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, masyarakat diimbau lebih mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat dengan periode singkat dan angin puting beliung.

Periode musim hujan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan dan mengisi waduk atau danau yang berguna untuk periode musim kemarau yang akan datang.

Dia mengharapkan, masyarakat terus memantau perkembangan iklim dan cuaca terkini melalui berbagai kanal informasi resmi dari BMKG. Informasi terkini peringatan dini kekeringan meteorologis dan informasi prediksi potensi banjir dasarian dapat diakses dari https://iklim.bmkg.go.id.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement