REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis penyakit menular dari University of Minnesota, David Boulware, mengungkapkan, efek samping obat ivermectin bisa saja ringan saat dikonsumsi dua-tiga kali dosis manusia. Tetapi, formulasi ivermectin untuk hewan ternak mungkin mengandung 1.000 kali lipat dari yang aman bagi manusia.
Ivermectin merupakan obat murah yang digunakan untuk membunuh cacing dan parasit lain pada manusia dan hewan. Obat parasit seperti ivermectin kini digunakan di sejumlah negara untuk mengobati Covid-19.
"Cukup mudah untuk masuk ke tingkat racun. Semua dosis terkonsentrasi yang dimaksudkan untuk kuda seberat 2.000 pon ini pasti bisa membuat orang sakit atau dirawat di rumah sakit karena keracunan," kata Boulware dilansir dari Xinhua pada Sabtu (4/9).
Boulware mengatakan, sempat meresepkan obat itu untuk pasien beberapa kali setahun di AS dan lebih rutin ketika bekerja di negara-negara di mana parasit usus biasa terjadi. Tetapi, dia dan para ahli lainnya telah khawatir dengan pertumbuhan eksplosif dalam peresepan ivermectin AS.
Pada pertengahan Agustus, apotek A.S. mengisi 88.000 resep mingguan untuk obat tersebut. Tercatat, jumlah ini meningkat 24 kali lipat dari tingkat sebelum COVID, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika.
Sementara itu, pusat kendali racun AS telah mengalami peningkatan lima kali lipat dalam panggilan darurat terkait obat tersebut, dengan beberapa insiden yang memerlukan rawat inap.
CDC mengutip satu kasus seorang pria yang meminum ivermectin suntik yang ditujukan untuk ternak. Si pria itu menderita halusinasi, kebingungan, tremor dan efek samping lainnya sebelum dirawat di rumah sakit selama sembilan hari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Institut Kesehatan Nasional (NIH) dan ahli medis lainnya juga telah merekomendasikan untuk tidak menggunakannya di luar studi pasien yang dikontrol dengan hati-hati. Namun, panel NIH menemukan bukti yang tidak cukup untuk melawan penggunaan ivermectin bagi Covid-19.
NIH sedang mempelajari obat itu dalam uji coba besar yang membandingkan setengah lusin obat yang sudah ada untuk melihat apakah mereka memiliki efek tertentu terhadap Covid-19.
Sebelumnya, para ahli mencatat bahwa penelitian laboratorium awal menunjukkan ivermectin memperlambat replikasi virus corona ketika tumbuh di sel monyet. Tetapi studi semacam itu tidak berguna untuk mengukur efektivitas nyatanya kepada manusia. Adapun penelitian lain yang menyarankan obat itu perlu diberikan pada tingkat 100 kali dosis standar untuk memiliki efek antivirus pada manusia.