Selasa 31 Aug 2021 23:22 WIB

Bappenas Perkuat Inklusi Sosial Berbasis Perpustakaan

Bappenas perkuat pembangunan infrastruktur dan koneksi internet perpustakaan

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berupaya memperkuat literasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang diusung Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Hal ini bertujuan untuk mencapai SDM unggul dan berdaya saing.
Foto: Republika / Darmawan
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berupaya memperkuat literasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang diusung Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Hal ini bertujuan untuk mencapai SDM unggul dan berdaya saing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berupaya memperkuat literasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang diusung Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Hal ini bertujuan untuk mencapai SDM unggul dan berdaya saing.

Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami, mengatakan rencana target kerja pemerintah menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2  persen sampai 5,5 persen di tengah pandemi Covid-19.

“Bidang perpustakaan, kami memperkuat infrastruktur seperti pembangunan gedung baru, rehabilitasi, pengadaan perabot, penyediaan bahan dan koneksi internet untuk meningkatkan tingkat kunjungan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (31/8).

Pada 2021, Perpusnas mengelola dana alokasi khusus (DAK) sekitar Rp 500 miliar yang terdistribusi dari Aceh sampai Papua. Selain melihat perpustakaan harus nyaman dalam mengakses segala kebutuhan informasi, Bappenas juga menilai perpustakaan harus menjadi pusat pelatihan bagi komunitas-komunitas belajar apa saja.

“Karena pentingnya program tersebut, maka dukungan anggaran juga diperkuat, salah satunya DAK yang sudah dijalankan selama tiga tahun untuk membangun infrastruktur sosial, seperti sekolah, rumah sakit dan perpustakaan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menambahkan perpustakaan harus menjangkau masyarakat. Pada masa sebelumnya, masyarakat yang harus menjangkau perpustakaan. 

“Dulu, perpustakaan merupakan barang eksklusif, yang dipamerkan atau menjadi pajangan para raja dan kaum eksklusif, sehingga terlihat koleksi buku dimana-mana. Soal buku itu sudah dibaca dan sejauh mana hasilnya, itu perkara berbeda,” ucapnya.

Menurutnya literasi memiliki empat tingkatan, pertama dari kemampuan baca, tulis, hitung dan pembangunan karakter, aksesibilitas terhadap bahan bacaan terbaru, terpercaya dan menjadi solusi. Kedua memahami makna tersirat dari yang tersurat. Ketiga memiliki kemampuan berinovasi atau kreativitas. Terakhir kemampuan menghasilkan barang/jasa yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.

“Itu artinya, masyarakat membutuhkan sarana perpustakaan mengubah kualitas hidupnya. Dari barang dan jasa yang dihasilkan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidupnya,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement